Gaza, VIVA – Setidaknya 322 anak telah tewas dan 609 lainnya cedera di Jalur Gaza selama 10 hari terakhir, setelah gagalnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Hal itu disampaikan oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF), pada Senin, 31 Maret 2025.
"Gencatan senjata di Gaza memberikan harapan yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak Gaza dan jalan menuju pemulihan," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Ibu kehilangan anaknya dalam serangan Israel di Gaza
"Namun, anak-anak kembali terjerumus ke dalam siklus kekerasan dan perampasan yang mematikan. Semua pihak harus mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk melindungi anak-anak," tambahnya, dikutip dari Anadolu Ajansi, Selasa 1 April 2025.
Menurut UNICEF, sebagian besar anak-anak yang tewas mengungsi, berlindung di tenda-tenda darurat atau rumah-rumah yang rusak.
Badan tersebut juga mencatat bahwa anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas dan terluka ketika departemen bedah Rumah Sakit Al-Nasser di Gaza selatan diserang pada 23 Maret.
Dimulainya kembali pemboman Israel yang dibarengi dengan blokade penuh terhadap bantuan sejak 2 Maret telah menempatkan warga sipil Gaza, khususnya satu juta anak-anaknya pada risiko yang serius, menurut UNICEF.
"Karena tidak ada bantuan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza sejak 2 Maret – periode pemblokiran terlama sejak perang dimulai, makanan, air bersih, tempat tinggal, dan perawatan medis menjadi semakin langka," kata badan tersebut.
UNICEF juha memperingatkan bahwa kematian anak-anak yang dapat dicegah kemungkinan akan meningkat.
UNICEF selanjutnya menyerukan diakhirinya permusuhan, pemulihan gencatan senjata, dan mengizinkan barang-barang kemanusiaan dan komersial masuk ke Gaza.
"Dunia tidak boleh berdiam diri dan membiarkan pembunuhan dan penderitaan anak-anak terus berlanjut," tegas badan tersebut.
Dia pun menyerukan kepada negara-negara yang berpengaruh untuk mendorong diakhirinya konflik dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional.
cara berhenti donasi unicef
Tentara Israel juga melancarkan operasi udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, dan menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak saat itu dan menghancurkan gencatan senjata serta perjanjian pertukaran tahanan.
Secara keseluruhan, lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dalam serangan militer Israel di Gaza sejak Oktober 2023.
Halaman Selanjutnya
Dimulainya kembali pemboman Israel yang dibarengi dengan blokade penuh terhadap bantuan sejak 2 Maret telah menempatkan warga sipil Gaza, khususnya satu juta anak-anaknya pada risiko yang serius, menurut UNICEF.