Harga Bitcoin Stabil di Rp1,4 Miliar di Tengah Perang Dagang AS-China, Tapi Tanda-tanda Koreksi Mulai Terlihat

1 day ago 4

Kamis, 17 April 2025 - 14:10 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah kondisi pasar global yang fluktuatif akibat kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, harga Bitcoin tetap bertahan di level tinggi. Namun, di balik stabilitas harga tersebut, sentimen di pasar futures menunjukkan tanda-tanda kehati-hatian yang tak bisa diabaikan oleh investor kripto.

Menurut laporan terbaru dari CryptoQuant Quicktake, meskipun harga Bitcoin naik secara signifikan dari November 2024 hingga Februari 2025, sentimen di pasar futures tidak menunjukkan peningkatan yang sejalan. Harga Bitcoin sempat melonjak dari sekitar USD74.000 atau setara Rp1,24 miliar pada November 2024 dan puncaknya di USD101.000 atau sekitar Rp1,7 miliar pada awal Februari 2025.

Namun, setelah pengumuman tarif baru dari Presiden Trump terhadap China, aset berisiko seperti Bitcoin mengalami penurunan tajam. Bitcoin bahkan sempat menyentuh titik terendah di USD74.508 atau sekitar Rp1,25 miliar pada 6 April lalu, sebelum akhirnya pulih dan berada di kisaran USD83.917 atau sekitar Rp1,4 miliar.

Meski ada pemulihan, sentimen futures terhadap Bitcoin justru terus melemah sejak Februari. CryptoQuant mencatat, bahwa pelemahan ini bisa menjadi tanda adanya ketakutan atau aksi ambil untung di tengah tren bullish yang masih berjalan. 

“Ini menunjukkan minat yang mendingin atau ketakutan yang meningkat di pasar futures, kemungkinan karena ketidakpastian makroekonomi, kekhawatiran regulasi, atau ekspektasi koreksi harga," demikian ditulis laporan tersebut, seperti dikutip dari Trading View, Kamis, 17 April 2025.

Indeks sentimen futures Bitcoin saat ini berada di sekitar 0,4, jauh dari zona resistance 0,8 dan mendekati level support 0,2, mengindikasikan sentimen bearish yang cukup kuat. Di saat yang sama, harga rata-rata Bitcoin perlahan menurun dan kini berada di kisaran USD70.000 hingga USD 80.000 atau setara Rp1,17 miliar - Rp1,34 miliar.

Meski demikian, beberapa analis menilai Bitcoin bisa saja mengalami momentum bullish dalam waktu dekat. Beberapa metrik on-chain menunjukkan, Bitcoin kemungkinan undervalued, sementara indikator seperti Relative Strength Index (RSI) mingguan mulai menembus tren turun jangka panjang.

Namun, risiko tetap mengintai. Kemunculan pola death cross pada grafik harga BTC dan ketidakpastian akibat perang dagang AS-China bisa terus membebani sentimen pasar. 

Saat berita ini ditulis pada Kamis, 17 April 2025, pukul 13.40 WIB, harga Bitcoin berada di USD84.618 atau setara Rp1,42 miliar.

Halaman Selanjutnya

Meski demikian, beberapa analis menilai Bitcoin bisa saja mengalami momentum bullish dalam waktu dekat. Beberapa metrik on-chain menunjukkan, Bitcoin kemungkinan undervalued, sementara indikator seperti Relative Strength Index (RSI) mingguan mulai menembus tren turun jangka panjang.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |