Malaysia, VIVA – Tragedi memilukan mengguncang Malaysia dan Indonesia setelah Nur Afiyah Daeng Damin, seorang asisten rumah tangga (ART) asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas di rumah majikannya di Malaysia.
Nur Afiyah, yang bekerja di rumah pasangan Etiqah Siti yang merupakan eks finalis Masterchef Malaysia dan Mohammad Ambree Yunos, yang kini sudah bercerai, mengalami serangkaian penyiksaan sebelum akhirnya kehilangan nyawa pada Desember 2021. Scroll untuk tahu cerita lengkapnya, yuk!
Hasil penyelidikan mengungkap bahwa korban mengalami luka lebam parah, termasuk luka bakar dan patah tulang, yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan berat. Kasus ini mengejutkan publik karena Etiqah Siti merupakan mantan finalis acara memasak terkenal MasterChef Malaysia, yang dikenal luas di media sosial.
Polisi Malaysia akhirnya menetapkan Etiqah Siti dan mantan suaminya sebagai tersangka pembunuhan. Keduanya didakwa di pengadilan dengan tuduhan pembunuhan berencana, dan kini divonis 34 tahun penjara.
Dalam pemeriksaan awal, terungkap bahwa kekerasan terhadap Nur Afiyah terjadi selama berminggu-minggu sebelum kematiannya. Media setempat dan internasional menyebut kasus ini sebagai salah satu bentuk eksploitasi berat terhadap pekerja rumah tangga migran. Tragedi ini mengundang keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia dan LSM yang memperjuangkan hak-hak pekerja migran.
Siapa Nur Afiyah?
Nur Afiyah Daeng Damin lahir di Malaysia dari pasangan migran Indonesia, ayahnya bernama Daming asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan ibunya yang berasal dari Jawa Timur. Meski memiliki kewarganegaraan Malaysia, Afiyah dibesarkan dengan nilai dan budaya Indonesia yang kuat.
Setelah sang ibu meninggal dunia saat ia masih kecil, Afiyah dan keluarganya sempat kembali ke Indonesia dan tinggal di kampung halamannya di Desa Ekatiro, Kecamatan Bontotiro. Di sana, ia menempuh pendidikan hingga tingkat SMP, dikenal sebagai pribadi yang rajin dan ramah di kalangan keluarga dan teman-temannya.
Usai lulus sekolah, Afiyah dijodohkan oleh keluarga dan menikah muda. Setelah menikah, ia kembali ke Malaysia bersama suaminya dan mulai bekerja sebagai asisten rumah tangga demi membantu ekonomi keluarga. Ia meninggalkan seorang anak laki-laki yang kini tinggal bersama kakeknya di Bulukumba.
Meski hidup berjauhan dari anaknya, Afiyah tetap bertanggung jawab dan bekerja keras demi masa depan sang buah hati. Keputusannya merantau ke Malaysia mencerminkan realitas pahit banyak perempuan migran yang mencari nafkah di negeri orang, dengan harapan bisa mengubah nasib keluarga. Namun tragisnya, pengabdian dan pengorbanan Afiyah justru berakhir dengan kekerasan yang merenggut nyawanya.
Halaman Selanjutnya
Setelah sang ibu meninggal dunia saat ia masih kecil, Afiyah dan keluarganya sempat kembali ke Indonesia dan tinggal di kampung halamannya di Desa Ekatiro, Kecamatan Bontotiro. Di sana, ia menempuh pendidikan hingga tingkat SMP, dikenal sebagai pribadi yang rajin dan ramah di kalangan keluarga dan teman-temannya.