LRT Jabodebek Catat 14,5 Juta Penumpang, Klaim Emisi Lebih Rendah dari Mobil dan Motor

6 hours ago 1

Kamis, 17 Juli 2025 - 14:17 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap perubahan iklim, berbagai upaya untuk mengurangi emisi karbon terus dilakukan, termasuk di sektor transportasi. Salah satu opsi yang kini mulai banyak dilirik adalah penggunaan transportasi publik berbasis listrik, seperti LRT Jabodebek.

Hingga 16 Juli 2025, LRT Jabodebek tercatat telah melayani lebih dari 14,5 juta penumpang. Di saat yang sama, Indonesia juga tengah menghadapi anomali cuaca akibat krisis iklim, dengan curah hujan tinggi terjadi bahkan di musim kemarau. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa anomali ini merupakan dampak nyata dari perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh emisi gas rumah kaca. Menurut kajian PT Ametis Institut pada 2024, LRT Jabodebek menghasilkan rata-rata 15 gram karbon dioksida ekuivalen (CO₂e) per penumpang per kilometer. 

Angka tersebut dihitung berdasarkan faktor emisi listrik di sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali (Jamali) tahun 2024 yang dirujuk dari Statistik PLN 2023. Sebagai perbandingan, moda transportasi pribadi masih menghasilkan emisi lebih tinggi:

- Mobil listrik (50–100 kWh): sekitar 33 gram CO₂e per orang per kilometer
- Mobil konvensional (1000–2000 cc): sekitar 31 gram CO₂e per orang per kilometer
- Sepeda motor di bawah 250 cc: sekitar 37 gram CO₂e per orang per kilometer

LRT Jabodebek

Photo :

  • Dok. LRT Jabodebek

Berdasarkan data tersebut, emisi dari LRT Jabodebek diklaim lebih rendah dibandingkan moda kendaraan pribadi, baik berbasis listrik maupun konvensional.

Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, mengatakan bahwa perpindahan masyarakat ke moda transportasi publik seperti LRT bisa menjadi langkah kecil namun penting dalam mengurangi emisi dan kemacetan di kota besar. 

“Dengan memilih transportasi publik, kita bukan hanya mengurangi emisi dan kemacetan, tetapi juga ikut mewujudkan kota yang lebih sehat dan berkelanjutan,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis, 17 Juli 2025.

Namun demikian, efektivitas LRT dalam menekan emisi tentu sangat bergantung pada seberapa banyak masyarakat yang bersedia beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Untuk itu, kualitas layanan, integrasi antarmoda, dan keterjangkauan tarif menjadi faktor penting yang turut menentukan.

LRT Jabodebek juga mencatat beberapa pencapaian dalam upaya pengelolaan lingkungan. Sistem manajemen operasionalnya telah bersertifikat ISO 14001:2015, yang merupakan standar internasional untuk pengelolaan lingkungan. 

Di sisi lain, instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kantor pusat dan klinik internal telah mulai digunakan untuk menekan konsumsi energi konvensional.

Layanan cuci kereta otomatis atau Automatic Train Washing Plant (ATWP) juga diklaim sudah menerapkan sistem daur ulang air untuk efisiensi penggunaan air bersih. Sementara itu, di seluruh stasiun, tersedia fasilitas water station dan parkir sepeda untuk mendorong gaya hidup berkelanjutan di kalangan penumpang.

"Kami mengajak seluruh masyarakat untuk turut berperan aktif dengan memilih transportasi umum dalam kegiatan sehari-hari. Setiap perjalanan dengan moda publik seperti LRT Jabodebek berarti berkontribusi langsung dalam upaya menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, serta menciptakan udara yang lebih bersih bagi kita semua," kata Purnomosidi.

Halaman Selanjutnya

“Dengan memilih transportasi publik, kita bukan hanya mengurangi emisi dan kemacetan, tetapi juga ikut mewujudkan kota yang lebih sehat dan berkelanjutan,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis, 17 Juli 2025.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |