Pejabat Negara Masih Ada yang Gunakan Gas Melon, Pengamat Politik: Tidak Ada Empati

2 hours ago 1

Minggu, 9 Februari 2025 - 02:04 WIB

Jakarta, VIVA – Belakangan ini publik tengah dihadapkan dengan kelangkaan gas 3 kg atau biasa disebut gas melon.

Kelangkaan gas ini lantaran terbatasnya stok di tingkat pengecer, yang disebabkan oleh kebijakan baru pemerintah yang mewajibkan pembelian gas 3 kg langsung di pangkalan resmi. Akibat peraturan tersebut, banyak masyarakat kesulitan mendapatkan gas bersubsidi.

Di tengah kisruhnya kelangkaan gas 3 kg, kemarahan publik mencuat saat mendapati sebuah unggahan yang memperlihatkan banyaknya gas berwarna hijau itu di kediaman Utusan Khusus Presiden, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Pengamat politik, Ahmad Fadhli menyebut Raffi Ahmad tidak seharusnya menimbun banyak gas di kediamannya. Seharusnya, kata dia, Raffi memiliki solidaritas untuk tidak menggunakan gas melon yang jumlahnya langka di pasaran. 

“Jelas tidak punya empati. Sudah kaya sedemikian rupa, kok masih mau gunakan sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat miskin. Hal-hal seperti ini yang membuat subsidi gas 3 kilogram untuk rakyat miskin tidak tepat sasaran. Menyedihkan,” kata Fadhli dikutip Sabtu, 8 Februari 2025.

Menurut Fadhli, meskipun peristiwa itu mungkin terjadi beberapa tahun lalu, tetapi hal tersebut menunjukkan Raffi tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakat miskin. Sebab, lanjut dia, secara jelas gas subsidi 3 kilogram atau gas melon tersebut memang diperuntukkan kalangan masyarakat miskin. 

“Tidak sulit rasanya bagi Raffi untuk beli gas non subsidi, karena perbedaan harganya tidak signifikan. Sayangnya, Raffi memang tak punya empati,” ucap Fadhli. 

Apalagi, saat ini Raffi juga tengah dipercaya Presiden Prabowo Subianto sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni. Seharusnya, kata dia, Raffi mampu memberi teladan kepada masyarakat, generasi muda dan pejabat publik lainnya tentang penggunaan gas melon subsidi kepada kelompok masyarakat yang tepat. 

“Jabatan publik yang kini melekat kepada Raffi, membuatnya semakin punya tanggung jawab moral untuk memberikan teladan dan menjadi contoh yang baik. Dalam hal penggunaan gas non subsidi, teladan yang ditunjukkan Raffi itu akan menular dan menginspirasi masyarakat luas serta pejabat publik lainnya,” tuturnya. 

Guna meyakinkan publik, Fadhli menyarankan Raffi untuk menunjukkan kepada publik stok penggunaan gas di rumahnya. Hanya dengan cara demikian, lanjut dia, polemik gas melon yang menyeret Raffi Ahmad akan berhenti. 

“Kalau video itu terjadi di masa lalu, maka saat ini seharusnya selain memberi klarifikasi, Raffi juga memperlihatkan kondisi gas yang digunakan di rumahnya. Dengan begitu, publik yakin bahwa situasi penggunaan gas melon tersebut hanya dilakukan di masa lalu,” jelas dia.

Sebelumnya, Raffi sempat memberikan klarifikasi terkait tumpukan gas 3 kg di dalam rumahnya. Dia mengaku bahwa gas tersebut adalah gas yang digunakan untuk Asisten Rumah Tangganya.

"Itu udah lama banget (videonya), (itu gas) buat orang belakang juga, orang-orang belakang punya ART yang lain. Udah lama banget video 4 tahun, 5 tahun yang lalu," ujarnya.

Ketika ditanya lebih lanjut, Raffi tidak ingat siapa saja ART yang menggunakan gas melon tersebut.

"Saya kurang tahu punya siapa, (tapi) punya ART 4-5 tahun yang lalu udah lupa,” katanya.

Usai menjadi Utusan Khusus Presiden, nama Raffi Ahmad sempat menjadi bulan-bulanan netizen imbas kasus arogansi petugas Patwal Raffi Ahmad terhadap seorang pengemudi taksi yang sempat viral. Sikap arogan Patwal tersebut dinilai tidak menghormati dan menghargai kepentingan pengguna lalu lintas lainnya.

Halaman Selanjutnya

“Tidak sulit rasanya bagi Raffi untuk beli gas non subsidi, karena perbedaan harganya tidak signifikan. Sayangnya, Raffi memang tak punya empati,” ucap Fadhli. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |