Jakarta, VIVA - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap temuan adanya ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Bali, yang belum dapat membaca dengan lancar, namun lancar bermedia sosial (medsos).
Ia mengatakan temuan ini mencerminkan adanya kesenjangan dalam pemenuhan hak dasar pendidikan di Indonesia.
"Bagaimana mungkin kita berbicara tentang kemajuan teknologi, ekonomi masa depan, dan SDM unggul jika masih ada anak-anak SMP yang belum mampu membaca dengan lancar? Ini bukan sekadar isu pendidikan, ini adalah tantangan besar dalam upaya kita meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata Puan dalam keterangannya pada Kamis, 17 April 2025.
Ketua DPR RI, Puan Maharani
Photo :
- VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Seperti diketahui, ratusan SMP di Kabupaten Buleleng, Bali dilaporkan tidak bisa membaca dengan lancar. Padahal, mereka disebut lancar bermain media sosial. Temuan ini menjadi sebuah keprihatinan mengingat kemampuan membaca siswa seharusnya sudah tuntas sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Wakil Bupati (Wabup) Buleleng, Gede Supriatna berpandangan siswa SMP tersebut sulit membaca karena terlalu sering bermain media sosial (medsos) dan menyarankan agar penggunaan handphone (HP) di lingkungan sekolah dibatasi.
Puan sepakat dengan hal tersebut dan berharap temuan ini mendapat tindak lanjut secepatnya. Sebab, ia khawatir ketika hak dasar seperti literasi belum terpenuhi, maka hal tersebut akan berdampak pada masa depan anak-anak.
“Kemampuan membaca merupakan fondasi dasar dalam untuk hidup masyarakat. Temuan di Buleleng Bali ini menjadi refleksi dari ketimpangan layanan pendidikan dan perlunya perhatian serius dari semua pemangku kepentingan. Ketika kemampuan membaca belum tercapai secara merata, kita harus introspeksi bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam tata kelola pendidikan kita,” jelas Puan.
Adapun berdasarkan keterangan Pemda setempat, siswa-siswa di Buleleng yang belum lancar membaca itu juga dinilai kurang motivasi diri untuk belajar. Puan meyakini anak-anak yang belum bisa membaca tersebut sebenarnya memiliki potensi yang baik.
“Maka penting bagi pemerintah melalui kementerian terkait untuk turun tangan membantu anak-anak di Buleleng, agar mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas,” ujarnya.
Puan ingin agar pemerintah hadir untuk memastikan setiap anak bangsa mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas. Selain itu, Puan menyoroti lemahnya deteksi dini terhadap hambatan belajar hingga minimnya dukungan dari lingkungan keluarga dan sekolah sebagai faktor yang memperburuk situasi yang ada.
“Karena dibalik setiap anak yang belum bisa membaca, tersimpan potensi yang tak boleh kita abaikan," katanya.
Puan mendorong Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pembelajaran dasar secara nasional. Termasuk memperkuat program literasi, pelatihan guru yang berpihak pada siswa, dan meningkatkan peran serta orang tua dalam proses pendidikan.
"Ketika anak-anak kita lebih mahir menggunakan media sosial daripada memahami isi buku, itu pertanda kita perlu meninjau kembali arah kebijakan pendidikan secara menyeluruh. Pendidikan adalah pintu utama untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berdaya," tutur Puan.
Halaman Selanjutnya
“Kemampuan membaca merupakan fondasi dasar dalam untuk hidup masyarakat. Temuan di Buleleng Bali ini menjadi refleksi dari ketimpangan layanan pendidikan dan perlunya perhatian serius dari semua pemangku kepentingan. Ketika kemampuan membaca belum tercapai secara merata, kita harus introspeksi bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam tata kelola pendidikan kita,” jelas Puan.