Sambil Tersenyum, Rizki Kiper Asal Bandung Ngaku Jadi Scammer di Kamboja dan Ungkap Modus Penipuannya

• 

• Berita

• Nasional

Rabu, 26 November 2025 - 00:30 WIB

VIVA – Sambil menampilkan senyum, Rizki Nur Fadhilah, kiper asal Bandung, akhirnya mengakui bahwa dirinya bukanlah korban, melainkan pelaku penipuan online di Kamboja. Pengakuan yang disampaikan langsung di hadapan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ini membuat publik tercengang. Kisah yang awalnya dikira sebagai tragedi TPPO ternyata berubah menjadi fakta bahwa Rizki justru terlibat dalam jaringan scam internasional.

Sebelumnya, hilangnya remaja berusia 18 tahun tersebut sempat membuat heboh Indonesia. Rizki dikabarkan dibawa ke luar negeri melalui modus seleksi pemain PSMS Medan, sehingga banyak yang bersimpati dan mengira ia menjadi korban perdagangan orang. Namun seluruh narasi itu runtuh ketika polisi memastikan bahwa Rizki bepergian secara sukarela untuk bekerja sebagai scammer.

Dedi Mulyadi, yang menemui Rizki secara langsung bahkan mengungkapkan kekesalannya di depan publik, namun tetap dengan penyampaian yang santai. 

“Nah, inilah makhluk yang menyusahkan saya,” ujar Dedi melalui video di akun Instagram @dedimulyadi71 yang dikutip pada Rabu, 26 November 2025.

Gubernur Jawa Barat tersebut kemudian mempertanyakan kegiatan Rizki selama berada di Kamboja dan membeberkan fakta bahwa dirinya bukanlah korban seperti yang ramai diberitakan, tapi seorang penipu. 

“Bukan korban penipuan. Karena kamu belum ditipu. Kamu yang nipu,” tegas Dedi. 

Di hadapan Dedi, Rizki menceritakan perjalanan keberangkatannya yang penuh kejanggalan. Ia dibuatkan paspor di Jakarta, kemudian dibawa ke Medan, Malaysia, hingga akhirnya masuk Kamboja. Menariknya, semua itu dilakukan oleh orang-orang yang identitasnya bahkan tidak ia ketahui.

Sesampainya di Kamboja, Rizki bekerja sebagai penipu online dengan menyamar sebagai perempuan untuk memancing korban.

“Penipu, Pak. Nipu jadi cewe, Pak. Terus kemudian merayu… merayu koko-koko Indonesia, Pak,” tutur Rizki.

Modus yang dijalankannya adalah memancing pria dewasa untuk melakukan video tidak senonoh, lalu mengancam akan mengirimkan rekaman itu ke istri korban bila tidak menyerahkan uang.

Melihat fakta ini, Dedi mengingatkan bahwa tindakan seperti itu merusak sesama anak bangsa.

“Janganlah orang Indonesia ditipu oleh orang Indonesia,” ujarnya.