Tangerang, VIVA – Pelatih timnas putri Indonesia Satoru Mochizuki tak ingin menjadikan belum jalannya kompetisi sepak bola putri sebagai alasan kekalahan timnya dari Timnas Pakistan dalam laga kedua Grup D kualifikasi Piala Asia Putri 2026 di Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, Rabu.
Mochizuki ditanya seorang wartawan pada jumpa pers bahwa mungkin saja kekalahan ini akibat minimnya jam terbang pemain-pemain lokal karena Liga 1 Putri baru bergulir dua tahun lagi.
Menjawab pertanyaan itu, pelatih asal Jepang tersebut tak ingin menyalahkan PSSI, karena menurutnya mereka sudah memfasilitasi persiapan timnya, seperti pemusatan latihan panjang, serta pemain diaspora baru, yaitu Iris de Rouw, Felicia de Zeeuw, Isa Warps, dan Emily Nahon sebagai gantinya.
"Memang pentingnya ada lingkungan yang bisa bermain untuk sepak bola putri dari umur kecil sampai level top liga," kata Mochizuki dalam jumpa pers pasca kekalahan melawan Pakistan di Indomilk Arena.
"Tapi dari federasi sudah sangat membantu sepenuh tenaga dengan mengadakan tes yang panjang juga dan juga sudah membantu untuk mendatangkan pemain diaspora juga."
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjelaskan sekali lagi bahwa belum bergulirnya Liga 1 Putri adalah karena talenta pemain putri di tanah air belum cukup.
"Liganya jalan nanti mati lagi (kalau dipaksakan). Jadi saya dengan tekanan, dihujat, Liga Putri tidak jalan. Saya tidak berpikir tergesa-gesa. Karena saya sebagai Ketua PSSI punya tanggung jawab lebih besar," kata Erick.
Terakhir kali Liga 1 Putri digelar adalah pada 2019. Ketika itu, Persib Putri menjadi juara setelah mengalahkan TIRA-Persikabo Kartini dengan agregat 6-1. (Ant)
Liga Putri Indonesia Mati Suri, Erick Thohir: Talentanya Belum Cukup
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, buka suara menanggapi kritik tajam soal belum bergulirnya Liga Putri Indonesia.
VIVA.co.id
3 Juli 2025