Abrasi hingga Rob Mengancam Pesisir Jawa, Realisasi Proyek Giant Sea Wall Didorong

3 hours ago 1

Jakarta, VIVA – Pembangunan Giant Sea Wall (GSW) dinilai mendesak untuk direalisasikan. Hal tersebut dikarenakan menyangkut kepentingan rakyat pesisir yang selalu dibayang-bayangi banjir rob dan abrasi.

Pengamat ekonomi politik Mohammad Zulfikar Dachlan mengigatkan, banjir rop saat ini semakin  meluas areanya. Bahkan, sudah menlanda sejumlah daerah yang beberapa tahun lalu belum terkena.

"Saat ini kita dengar banjir rob tak hanya di pesisir Banten dan Jakarta. Pesisir Jawa Tengah mulai sering terdengar. Khususnya Semarang, atau Indramayu juga. Nah, sudah benar program Pak Prabowo yang mencanangkan proyek GSW itu," papar Zulfikar, Jakarta, dikutip dari keterangannya, Rabu, 12 Februari 2025. 

Dia meyakini, kepala daerah di kawasan pesisir sepakat dengan proyek GSW, termasuk Pemprov Jakarta. Apalagi, Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung punya visi yang sama dengan Presiden Prabowo. 

"Ingat, Jakarta menghadapi dua masalah besar. Penurunan ketinggian tanah dan banjir rob. Kalau dibiarkan, lama-lama Jakarta bisa tenggelam," ungkapnya. 

Terkait besarnya biaya pembangunan GSW, menurut Zulfikar, bisa dipecahkan dengan banyak cara. Bisa dengan mengundang investor atau mencari pinjaman berbunga rendah.

"Kalau pinjaman digunakan untuk kepentingan rakyat, saya kira enggak masalah. Yang penting proses pembangunannya transparan, dan minim kebocoran," ungkapnya.

Data dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta mencatat, empat wilayah utama di Jakarta Utara mengalami dampak signifikan akibat banjir rob yang terus terjadi sejak Jumat (13/12/2024).

Photo :

  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jika proyek GSW berjalan, menurut Zulfikar, justru membawa berkah bagi perekonomian nasional. Karena, proyek raksasa ini akan menyerap pekerja dalam jumlah besar. Membuat perekonomian semakin menggeliat. 

Sementara Wakil Ketua DPRD Jakarta asal Partai NasDem, Wibi Andrino mendukung gagasan pembangunan GSW dari Presiden Prabowo, maupun Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung yakni Giant Mangrove Wall. 

Dia bilang, Giant Mangrove Wall yang digagas Pramono bertujuan baik, yakni melindungi wilayah pesisir dari abrasi serta meningkatkan ekosistem mangrove. 

Sama baiknya dengan program Giant Sea Wall yang dicanangkan Presiden Prabowo, yakni melindungi warga pesisir dari abrasi dan banjir rob, serta meningkatkan infrastruktur pesisir. 

"Untuk sesuatu yang baik, tentu kita dukung. Dari perspektif kami di DPRD Jakarta, rencana ini umumnya dinilai berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan, efektivitas biaya, dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat," kata dia. 

Saat aksi tanam mangrove di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu, Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung mengungkap janji akan membangun Giant Mangrove Wall di pesisir Jakarta. 

Konsepnya tak beda dengan Giant Sea Wall hanya beda wahana saja. Jika GSW menggunakan bangunan kokok, sedangkan Giant Mangrove Wall berupa penanaman mangrove sebagai penghalang banjir rob serta abrasi. 

“Saya serius untuk mengembangkan Giant Sea Wall, tetapi di atasnya ada mangrove. Maka saya menyebutnya menjadi Giant Mangrove Wall,” ujar Mas Pram, sapaan akrab Pramono.

Pramono menjelaskan, pemerintah pusat bersama Pemprov Jakarta bakal berkolaborasi dalam membangun GSW seluas 11,2 kilometer. Nantinya, tanggul laut raksasa itu akan dikembangkan menjadi Giant Mangrove Wall. 

Dalam 30 tahun terakhir, kata Pramono, lebih dari 50 persen hutan mangrove menghilang, termasuk di Jakarta. Upaya penanaman mangrove ini menjadi penting terus dilakukan secara rutin, agar memberi dampak positif bagi Jakarta. “Mau tidak mau, suka tidak suka, kita yang membutuhkan mangrove,” kata Pramono. 

Saat ini, ancaman abrasi di pantai utara Pulau Jawa masuk tahap mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015, sedikitnya 400 kilometer garis pantai di Indonesia raib gara-gara abrasi. 

Sehingga, total pantai sepanjang 745 kilometer, menghilang 44 persen. Termasuk yang terjadi di pesisir Tangerang, seluas 579 hektare (ha) lahan raib selama periode 1995-2015.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari membenarkan data tersebut. Di mana, laju abrasi pantai tumbuh cukup signifikan hingga 200 m hingga 500 m, dalam 10 tahun terakhir. “Terlihat daerah-daerah yang mangrove-nya tidak terjaga, sangat riskan tergerus (abrasi) dalam luasan yang cukup signifikan,” ujarnya.

Cocok dengan hasil citra satelit Pantai Anom, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang periode 2009-2025. Pada 16 tahun lalu, masih terdapat daratan dan hamparan sawah di Pantai Anom. Akibat abrasi, sedikit demi sedikit daratan mulai menghilang. Pada 2014, terjadi perubahan yang luar biasa besar,  jarak laut sudah sangat dekat dengan titik yang bertulisan 'Pantai Anom' yang ditangkap dari layar citra satelit.

Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025

Photo :

  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Selanjutnya pada 2024, posisi titik 'Pantai Anom' berada di dalam laut, dan tidak terlihat lagi hamparan dataran, seperti sebelumnya. Layar Citra Satelit terbaru yang diambil pada 24 Januari 2025, menemukan titik 'Pantai Anom' sudah berada di posisi laut, dan itu adalah posisi pagar laut yang beberapa waktu lalu heboh. 

Pergeseran ini, tentu saja, membuat masyarakat was-was. Apalagi BMKG sempat mengeluarkan pengumuman potensi bencana banjir rob di pesisir pantai utara Pulau Jawa. 

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menyatakan, ancaman abrasi atau degradasi tanah, akibat air laut yang kini terjadi di seluruh pesisir Pantai Utara Jawa bisa menjadi gerbang masuk dari bencana banjir rob.

“Jika memang terjadi penurunan tanah atau degradasi tanah. Tentunya banyak hal yang terancam. Di antaranya potensi terjadinya air laut yang masuk ke daratan ketika fase rob,” ujar Eko kepada wartawan, Selasa (28/1/2024).

Dia menegaskan, selama ini, pemerintah sudah mengupayakan banyak cara untuk mencegah abrasi dan banjir rob, melalui pembangunan tanggul-tanggul di sepanjang bantaran sungai, rumah pompa. Namun, solusi ini sifatnya hanya di area yang terbatas alias tidak luas. 

Diharapkan, rencana Presiden Prabowo Subianto membangun tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall bisa segera terealisasi. Sebagai solusi jangka panjang.  “Dengan dibangunnya Giant Sea Wall ini, memberi dampak yang lebih luas lagi terhadap daerah-daerah yang sering terdampak,” ucap dia.

Halaman Selanjutnya

Sementara Wakil Ketua DPRD Jakarta asal Partai NasDem, Wibi Andrino mendukung gagasan pembangunan GSW dari Presiden Prabowo, maupun Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung yakni Giant Mangrove Wall. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |