Jakarta, VIVA – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono, mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai potensi intervensi asing yang memanfaatkan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).
Menurutnya, Amerika Serikat (AS) berupaya menggunakan sentimen ini sebagai alat untuk memecah belah bangsa.
"Waspadalah wahai para patriot bangsa, kondisi seperti ini yang diinginkan oleh Administrasi Pres AS sekarang. Setelah konsep geostrategi di Timur Tengah dan di Eropa terlaksana, kondisi geopolitik kini mulai bergeser ke Asia," kata Hendropriyono dalam keterangan tertulisnya pada Minggu, 2 Februari 2025.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono.
Photo :
- VIVA/ Reza Fajri.
Hendropriyono menjelaskan bahwa AS telah lama menerapkan strategi serupa di berbagai belahan dunia, seperti Timur Tengah dan Eropa. Kini, fokus mereka mulai bergeser ke Asia, termasuk Indonesia. Dengan memperburuk ketegangan sosial berbasis SARA, mereka berpotensi menciptakan konflik yang dapat dijadikan alasan untuk intervensi lebih lanjut.
"Jika sentimen SARA semakin berkembang menjadi konflik sosial yang meluas, maka tentara AS akan datang untuk melaksanakan misi perdamaian di bawah bendera PBB, sehingga mendukung ofensif AS di Laut China Selatan (LCS). Dan Indonesia juga akan menjadi kancah pertempuran antar-super powers yang mengakibatkan kehancuran negara," katanya.
Salah satu cara yang disebut digunakan AS adalah melalui organisasi seperti International Republican Institute (IRI) dan National Endowment for Democracy (NED). Lembaga-lembaga ini disebut aktif membina tokoh politik lokal agar lebih condong pada kepentingan AS. Pada Pemilu 2024, beberapa laporan menuding bahwa organisasi-organisasi ini bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Indonesia untuk mempengaruhi hasil pemilihan.
VIVA Militer: Mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) AM.Hendropriyono
Photo :
- Instagram @AM.Hendropriyono
Selain pemilu, proyek strategis nasional (PSN) juga menjadi sasaran intervensi. Organisasi seperti IRI diduga mendukung gerakan-gerakan yang menentang proyek-proyek pembangunan besar, terutama di Papua.
Dengan memperkuat narasi perlawanan terhadap pemerintah, mereka dianggap berupaya menciptakan ketidakstabilan politik di dalam negeri.
Kelompok pemuda dan mahasiswa menjadi target utama dalam strategi infiltrasi ini. Melalui berbagai pelatihan dan pendanaan, pihak asing berusaha menanamkan ide-ide yang bertentangan dengan kepentingan nasional.
Beberapa organisasi disebut mengajarkan narasi tentang kemunduran demokrasi di Indonesia, sehingga dapat memicu gerakan perlawanan terhadap pemerintah.
Selain itu, gerakan politik berbasis identitas juga sering digunakan untuk membenturkan kelompok-kelompok masyarakat. Jika dibiarkan, hal ini dapat memperparah perpecahan sosial dan mengganggu stabilitas nasional.
Hendropriyono menegaskan bahwa masyarakat Indonesia harus berpikir jernih dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memperkeruh suasana. Ia mengingatkan bahwa propaganda berbasis SARA tidak hanya merusak persatuan bangsa tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh pihak asing untuk kepentingan geopolitik mereka.
"Berpikirlah yang jernih, kendalikan suara agar tidak menebar kebencian antar masyarakat bangsa Indonesia dan bertindaklah dengan kewaspadaan maksimal terhadap perkiraan keadaan intelijen strategis ini," kata Hendropriyono.
Halaman Selanjutnya
Selain pemilu, proyek strategis nasional (PSN) juga menjadi sasaran intervensi. Organisasi seperti IRI diduga mendukung gerakan-gerakan yang menentang proyek-proyek pembangunan besar, terutama di Papua.