Makkah, VIVA – Pemakaman jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci dilakukan dengan penuh kehormatan dan ketertiban. Prosesnya berlangsung cukup panjang dan melibatkan banyak pihak, mulai dari petugas sektor, dokter kloter, syarikah, hingga aparat keamanan Arab Saudi.
Hal ini dijelaskan oleh Zarkoni Hasbi Suid, Petugas Layanan Lansia PPIH Arab Saudi Daker Makkah di Kantor Urusan Haji Indonesia, Makkah, Arab Saudi, Jumat (13/6/2025) malam.
Zarkoni Hasbi Suid, Petugas Layanan Lansia PPIH Arab Saudi Daker Makkah
Photo :
- Erriko Wardewantoro/MCH 2025
“Proses pengurusan jenazah jemaah Indonesia di Daerah Kerja Makkah itu sedikit berbeda dengan Madinah,” kata Zarkoni, lulusan S2 Umum Quro, Arab Saudi. Jika jemaah wafat di hotel, pengurusan administrasinya lebih rumit dibandingkan yang wafat di rumah sakit.
1.Jenazah dari Hotel ke Rumah Sakit
Jika jemaah wafat di hotel, sektor akan segera menghubungi pihak syarikah—perusahaan penyedia layanan jemaah. Dokter kloter akan membuat certificate of death (COD), lalu bersama serikah mendatangi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) untuk verifikasi penyakit penyebab wafat.
Setelah itu, jenazah dibawa ke Rumah Sakit Anur untuk proses identifikasi dan pemeriksaan tambahan. “Kami menunggu askar yang mengecek jenazah, memastikan datanya sesuai,” kata Zarkoni yang sedang menyelesaikan S3 di UIN Jambi.
2.Pemandian Khusus, Bukan di Rumah Sakit
Proses pemandian jenazah dilakukan di tempat khusus, bukan di rumah sakit. Petugas pemandian sudah disiapkan pemerintah setempat. “Kita hanya mendampingi, keluarga juga boleh ikut mendampingi jika ingin melihat,” jelas Zarkoni.
Setelah dimandikan, jenazah dibersihkan, diberi parfum, dan dipastikan identitasnya. Jika keluarga hadir, mereka akan diminta memastikan bahwa jenazah benar adalah anggota keluarganya.
3.Salat Jenazah di Masjidil Haram
Semua jenazah jemaah Indonesia yang wafat di Makkah disalatkan di Masjidil Haram, tanpa terkecuali. Namun waktunya disesuaikan dengan salat wajib. “Kalau dimandikan jam 11 siang, bisa disalatkan selepas zuhur. Tapi kalau dimandikan jam 9 malam, menunggu waktu subuh,” ujar Zarkoni yang kini mengajar di Institut Agama Islam Mambaul Ullm di Kota Jambi.
Petugas dan keluarga mendapat tempat khusus di belakang imam untuk menyolatkan jenazah. “Itu suatu kehormatan tersendiri bagi jemaah kita,” katanya.
4.Dimakamkan di Soraya
Setelah disalatkan, jenazah dibawa ke pemakaman di daerah Soraya. “Dulu kita bisa di Ma'lah, tapi sekarang Ma'lah hanya untuk penduduk asli Makkah. Jemaah haji dimakamkan di Soraya,” jelas Zarkoni.
Keluarga yang ingin ikut boleh naik ambulans, selama masih ada tempat. Namun, perempuan hanya diizinkan sampai gerbang pemakaman. “Yang laki-laki masuk ke area pemakaman untuk memakamkan,” tambahnya.
5.Makam Sudah Disiapkan
Lubang makam di Soraya sudah disiapkan sebelumnya. Saat jenazah datang, lubang dibuka dan jenazah langsung dimasukkan. Tidak ditimbun langsung dengan tanah, melainkan ditutup beton lalu ditimbun sedikit tanah di atasnya.
Zarkoni menceritakan pengalaman mengurus pemakaman rekan sepelayanan seorang hafiz Al-Qur'an dari daerah Jambi. “Ketika saya sambut jenazahnya di kubur, harum sekali. Masya Allah, air mata saya mengalir,” katanya haru. “Beliau seorang ahlul Qur’an wafat di tempat paling mulia, Makkah Al-Mukarramah.”
Halaman Selanjutnya
2.Pemandian Khusus, Bukan di Rumah Sakit