Bernarkah Doa dengan Bahasa Arab Lebih Utama?

4 hours ago 1

Kamis, 9 Oktober 2025 - 16:32 WIB

Jakarta, VIVA – Banyak anggapan di kalangan Muslim bahwa berdoa menggunakan bahasa Arab lebih utama. Mereka membayangkan jika berdoa menggunakan bahasa Arab akan lebih diijabah.

Anggapan itu sedikit-banyak disandarkan pada alasan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa Al Quran yang merupakan kitab suci umat Islam. Pun dalam bacaaan salat, semua menggunakan bahasa Arab. Hadis-hadis Nabi pun redaksinya menggunakan bahasa Arab.  

Namun benarkah berdoa dengan bahasa Arab lebih utama dari bahasa lokal? Berikut adalah pembahasan tentang tata cara berdoa di berbagai konteks, termasuk kapan doa boleh berbahasa selain Arab, seperti dilansir dari laman Muhammadiyah.

Pertama, Doa di Dalam Salat

Apabila doa itu berada dalam salat, maka wajib dilafalkan dengan bahasa Arab sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Doa dalam salat, baik dalam bentuk bacaan al-Qur’an, dzikir, maupun doa ma’tsur (doa yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah), tidak boleh diganti dengan bahasa lain.

Hal ini karena ibadah salat memiliki tata cara yang baku dan bersifat tawqīfī (tidak boleh diubah kecuali berdasarkan dalil). Rasulullah saw bersabda:

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat.” (HR. al-Bukhari, no. 443).

Hadis ini menegaskan bahwa setiap gerakan dan bacaan dalam salat harus sesuai dengan tuntunan beliau. Maka, membaca doa dalam salat dengan bahasa Arab bukan semata-mata soal kebiasaan, melainkan bentuk ketaatan terhadap sunnah Nabi saw.

Kedua, Doa di Luar Salat

Berbeda halnya dengan doa di luar salat, di mana ruang kebebasan lebih luas. Dalam konteks ini, melafalkan doa yang ma’tsur dengan bahasa Arab tetap lebih utama (afdhal), karena doa tersebut bersumber dari al-Qur’an dan hadis yang memiliki kekuatan makna, susunan, dan keberkahan tersendiri.

Nabi saw bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ: آلم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ‘Alif Lām Mīm’ itu satu huruf, tetapi ‘Alif’ satu huruf, ‘Lām’ satu huruf, dan ‘Mīm’ satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2910).

Halaman Selanjutnya

Hadis ini menunjukkan bahwa setiap lafaz dari wahyu Ilahi mengandung nilai spiritual tersendiri. Maka, membaca doa dengan lafal Arab, walau belum memahami sepenuhnya artinya, tetap memiliki keutamaan karena mengikuti jejak Rasulullah saw dan karena setiap hurufnya adalah ibadah.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |