Bitcoin vs Ethereum, Mana Investasi Kripto yang Paling Cuan dan bikin Cepat Kaya?

4 hours ago 2

Jakarta, VIVA – Dalam dunia investasi, memilih aset yang tepat bisa menjadi langkah awal menuju kebebasan finansial. Dua nama besar yang selalu muncul dalam percakapan soal kripto adalah Bitcoin dan Ethereum

Keduanya merupakan aset digital dengan kapitalisasi pasar tertinggi dan dikenal luas oleh investor global. Namun, meskipun sama-sama populer, performa Bitcoin dan Ethereum sepanjang tahun 2025 ini sangat berbeda. 

Melansir dari The Montley Fool, hingga pertengahan Juli, Bitcoin tercatat naik lebih dari 26%, sedangkan Ethereum hanya tumbuh kurang dari 2%. Perbedaan ini membuat banyak investor bertanya-tanya, mana yang lebih berpeluang menjadikan Anda miliarder? 

Mari kita kupas berdasarkan data dan tren terbaru dari pasar internasional, seperti dirangkum pada Selasa, 22 Juli 2025.

1. Bitcoin yang Disebut "Emas Digital" dan Aset Pelarian di Tengah Ketidakpastian

Bitcoin kini makin mengukuhkan dirinya sebagai “emas digital”. Dukungan politik dari Presiden AS saat ini, Donald Trump, turut memicu lonjakan nilai Bitcoin. Trump dikenal sebagai pendukung kripto dan telah menunjuk sejumlah pejabat pro-kripto ke kabinetnya, termasuk di Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).

SEC kini mulai bersikap lebih lunak terhadap industri kripto. Banyak kasus hukum terhadap perusahaan kripto besar telah diselesaikan atau dicabut, dan sejumlah regulasi yang menghambat pertumbuhan sektor ini juga dihapus. 

Hal ini membuka jalan bagi lembaga keuangan besar untuk lebih aktif dalam perdagangan kripto, termasuk menyediakan layanan kustodian dan menjual lebih banyak aset kripto melalui platform mereka.

Bitcoin, sebagai kripto paling terkenal, menjadi pilihan utama untuk masuk ke pasar. Bahkan, Trump mengumumkan pembentukan Cadangan Strategis Bitcoin AS, yang akan menyimpan Bitcoin milik pemerintah dan mencari cara untuk membeli lebih banyak tanpa menambah defisit anggaran.

Sebagai aset dengan suplai terbatas, maksimal hanya 21 juta koin, dan 19,9 juta di antaranya telah ditambang, Bitcoin dinilai ideal untuk lindung nilai terhadap inflasi. Apalagi, utang pemerintah AS kini menyentuh US$36,5 triliun atau setara Rp595,6 kuadriliun, dengan defisit mencapai US$1,34 triliun (sekitar Rp21.888 triliun) untuk tahun fiskal 2025. Situasi ini membuat investor global makin melirik Bitcoin sebagai pelindung nilai.

2. Ethereum sebagai Proyek Inovatif 

Berbeda dengan Bitcoin, Ethereum lebih dikenal karena kemampuan jaringannya dalam mendukung smart contract dan tokenisasi. Jaringan Ethereum telah digunakan untuk membangun berbagai aplikasi terdesentralisasi dan mata uang digital seperti Shiba Inu.

Untuk menjawab kritik soal konsumsi energi tinggi, Ethereum telah menyelesaikan transisi besar ke sistem proof-of-stake, yang memungkinkan pemilik token mendapat imbal hasil dengan cara staking. Beberapa analis seperti Cathie Wood bahkan menyebut Ethereum memiliki "atribut mirip obligasi pemerintah AS".

Namun, Ethereum masih memiliki tantangan serius. Kepadatan jaringan (congestion) dan kemunculan pesaing seperti Solana menjadi hambatan besar. Selain itu, Ethereum juga terkena dampak dari suku bunga tinggi dan ketidakpastian geopolitik yang sama seperti saham teknologi.

Meski begitu, beberapa perusahaan mulai meniru strategi penyimpanan kripto ala Michael Saylor dengan Ethereum. Analis ternama seperti Tom Lee juga melihat potensi besar Ethereum, terutama dengan meningkatnya penggunaan stablecoin. Tether (USDT) dan USDC, dua stablecoin terbesar dunia, keduanya dibangun di jaringan Ethereum.

Jadi, Mana yang Lebih Layak Jadi Investasi Jangka Panjang?

Secara umum, baik Bitcoin maupun Ethereum masih dianggap sebagai pilihan paling aman dalam dunia kripto untuk investasi jangka panjang. Keduanya punya keunggulan masing-masing dan tetap akan mengalami volatilitas.

Namun jika harus memilih salah satu, banyak analis menyarankan Bitcoin sebagai pilihan utama. Persepsi publik terhadap Bitcoin sebagai “emas digital” dan ketahanannya terhadap gejolak pasar menjadi daya tarik tersendiri. 

Volatilitasnya pun cenderung menurun, membuatnya lebih cocok sebagai aset diversifikasi. Selain itu, raksasa manajer aset dunia seperti BlackRock telah merekomendasikan investor untuk mengalokasikan hingga 2% portofolio mereka ke Bitcoin. Langkah ini menunjukkan tingginya tingkat penerimaan institusional terhadap Bitcoin, yang belum tentu bisa dicapai oleh kripto lain.

Pilih Investasi Sesuai Tujuan dan Risiko

Jika Anda mencari kripto yang punya potensi jangka panjang, Bitcoin mungkin lebih layak dipilih saat ini karena momentum politik, dukungan institusional, dan statusnya sebagai aset lindung nilai. Namun, Ethereum tetap menarik, terutama jika Anda percaya pada masa depan aplikasi blockchain dan smart contract.

Apapun pilihan Anda, pastikan untuk tetap memahami risiko investasi, tidak memasukkan seluruh dana ke satu aset, dan melakukan riset secara menyeluruh. Karena dalam dunia kripto, peluang besar selalu datang dengan tantangan besar.

Halaman Selanjutnya

SEC kini mulai bersikap lebih lunak terhadap industri kripto. Banyak kasus hukum terhadap perusahaan kripto besar telah diselesaikan atau dicabut, dan sejumlah regulasi yang menghambat pertumbuhan sektor ini juga dihapus. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |