Denny JA Perkenalkan Generasi Rentan, Apa Itu?

4 hours ago 1

Senin, 15 September 2025 - 12:59 WIB

Jakarta, VIVA – Penulis dan pemikir publik Denny JA memperkenalkan istilah baru dalam analisis sosial-politik Indonesia yakni Generasi Rentan

Istilah ini merujuk pada kelas baru pekerja di era ekonomi digital yang fleksibel namun rapuh, penuh harapan sekaligus cemas, dan terbukti menjadi salah satu faktor pemicu cepatnya meluas aksi protes serta kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus dan awal September 2025 di 107 titik di 32 provinsi.

Menurut Denny JA, Generasi Rentan terdiri dari pengemudi ojek daring, kurir e-commerce, freelancer digital, hingga content creator kecil. Mereka bekerja di bawah kendali algoritma, tanpa perlindungan sosial memadai.

Ia mengelaborasi lebih jauh yakni pengemudi ojol lebih dari 4,5 juta orang di Indonesia bergantung pada aplikasi transportasi daring, namun bonus dan pendapatan mereka bisa berubah sewaktu-waktu.

Kemudian, kurir e-commerce yang bekerja mengejar target mesin, bukan manusia. Selanjutnya freelancer digital yang menghadapi kompetisi global dengan upah di bawah standar kelayakan.

Lalu ada content creator kecil yang hidup dalam ketidakpastian view, like, dan monetisasi.

“Generasi Rentan ini berbeda dengan proletariat klasik di era industri. Mereka tidak memiliki identitas kelas yang kokoh, tetapi justru itulah yang membuat keresahan mereka mudah meledak,” jelas Denny JA.

Kerentanan Generasi Rentan tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga psikologis dan politik. Mereka hidup dalam kecemasan harian: apakah hari ini ada order, apakah besok ada kontrak, apakah bulan depan masih bisa bayar cicilan.

Secara politik, kata Denny, Generasi Rentan mudah dimobilisasi. Solidaritas mereka tampak ketika pengemudi ojol bergerak bersama menuntut keadilan.

Namun, kerentanan ini juga berbahaya karena keresahan yang tidak ditangani bisa berubah menjadi kerusuhan massal, sebagaimana terlihat dalam gelombang protes 2025.

Indonesia memiliki lebih dari 80 juta pekerja informal. Sebagian besar kini terdigitalisasi. Menurut Denny JA, negara perlu berani menghadirkan kebijakan baru untuk melindungi Generasi Rentan.

Beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu pertama regulasi platform, standar upah minimum, jam kerja layak, dan asuransi sosial.

Kedua literasi digital, pelatihan agar pekerja naik kelas ke pekerjaan bernilai tambah.

Ketiga jaring pengaman sosial, kesehatan, pendidikan, dan pensiun dasar bagi pekerja digital.

“Tanpa langkah ini, cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan jadi mimpi kosong,” kata Denny JA.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Generasi Rentan adalah wajah baru kelas pekerja Indonesia abad ke-21. Mereka bisa menjadi sumber kekacauan jika diabaikan, tetapi juga bisa menjadi pilar peradaban baru bila diberi pegangan.

“Pertanyaannya, apakah kita akan membiarkan Generasi Rentan tetap di pinggir jalan sejarah, ataukah kita berani mengubah mereka menjadi energi besar untuk demokrasi dan keadilan sosial?," kata Denny JA.

Halaman Selanjutnya

“Generasi Rentan ini berbeda dengan proletariat klasik di era industri. Mereka tidak memiliki identitas kelas yang kokoh, tetapi justru itulah yang membuat keresahan mereka mudah meledak,” jelas Denny JA.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |