Dituduh Benci Donald Trump, Duta Besar Afrika Selatan Diusir dari AS

7 hours ago 3

Sabtu, 15 Maret 2025 - 18:58 WIB

Washington, VIVA – AS mengusir duta besar Afrika Selatan untuk Washington Ebrahim Rasool, dengan Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan bahwa ia "tidak lagi diterima di negara besar kami".

Dalam sebuah unggahan di X, Rubio menuduh Ebrahim Rasool membenci Amerika dan Presiden Donald Trump dan menggambarkannya sebagai "politisi yang suka menghasut isu rasial".

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio

Melansir dari BBC, Kantor presiden Afrika Selatan pada hari Sabtu menyebut keputusan tersebut "disesalkan", seraya menambahkan bahwa negara tersebut tetap berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Amerika.

Langkah langka yang diambil AS tersebut menandai perkembangan terbaru dalam meningkatnya ketegangan antara kedua negara.

Dalam unggahannya pada hari Jumat, Rubio menautkan ke sebuah artikel dari media sayap kanan Breitbart yang mengutip beberapa pernyataan terbaru Rasool yang disampaikan selama kuliah daring tentang pemerintahan Trump.

"Apa yang dilancarkan Donald Trump adalah serangan terhadap petahana, mereka yang berkuasa, dengan memobilisasi supremasi terhadap petahana, di dalam negeri... dan luar negeri," kata Rasool di acara tersebut.

Ia menambahkan bahwa gerakan Maga merupakan respons "terhadap data yang sangat jelas yang menunjukkan pergeseran demografis yang besar di AS, di mana pemilih yang memberikan suara... diproyeksikan akan menjadi 48 persen orang kulit putih".

Sebagai tanggapan, Rubio menyebut Rasool "PERSONA NON GRATA," merujuk pada frasa Latin untuk "orang yang tidak diinginkan".

Postingan dari Rubio muncul saat ia meninggalkan Kanada setelah pertemuan dengan para menteri luar negeri.

Hubungan antara AS dan Afrika Selatan telah memburuk sejak Trump menjabat.

Presiden AS menandatangani perintah eksekutif bulan lalu yang membekukan bantuan ke Afrika Selatan. Perintah tersebut merujuk pada "tindakan mengerikan" oleh Afrika Selatan dan mengutip "diskriminasi rasial yang tidak adil" terhadap orang Afrikaner kulit putih - mereka yang merupakan keturunan pemukim Belanda.

Pemerintah Afrika Selatan telah berulang kali membantah hal ini.

Duta besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat Ebrahim Rasool

Perintah tersebut juga merujuk pada undang-undang baru, Undang-Undang Pengambilalihan, yang menurut perintah tersebut menargetkan orang Afrikaner dengan mengizinkan pemerintah untuk mengambil alih tanah pribadi.

"Selama Afrika Selatan terus mendukung pelaku kejahatan di panggung dunia dan membiarkan serangan kekerasan terhadap petani minoritas tak berdosa yang tidak diuntungkan, Amerika Serikat akan menghentikan bantuan dan asistensi kepada negara tersebut," menurut pernyataan dari Gedung Putih.

Halaman Selanjutnya

Ia menambahkan bahwa gerakan Maga merupakan respons "terhadap data yang sangat jelas yang menunjukkan pergeseran demografis yang besar di AS, di mana pemilih yang memberikan suara... diproyeksikan akan menjadi 48 persen orang kulit putih".

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |