Evakuasi Gunakan Alat Berat, BNPB: 58 Korban Ponpes Ambruk Sidoarjo Dalam Pencarian

3 weeks ago 12

Jumat, 3 Oktober 2025 - 09:45 WIB

Sidoarjo, VIVA – Operasi pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) korban ambruknya gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, kini memasuki tahap evakuasi korban meninggal dunia.

Sejak Kamis, 2 Oktober 2025 pagi, tim gabungan mulai mengerahkan alat berat setelah tidak lagi ditemukan tanda-tanda adanya korban selamat di bawah reruntuhan bangunan empat lantai tersebut.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto  bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno telah  menemui keluarga korban di posko darurat BNPB.

Dalam pertemuan itu, Kepala BNPB menyampaikan kepada pihak keluarga bahwa hasil asesmen mendalam hingga Rabu malam, menyatakan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di lokasi.

Kepala BNPB Suharyanto bersama Menko PMK Pratikno meninjau ponpes ambruk

Penjelasan ini kemudian menjadi dasar bagi keluarga korban untuk menyepakati kelanjutan operasi SAR sesuai dengan protokol yang berlaku. Pihak keluarga pun menyatakan siap menerima apapun hasil evakuasi dengan lapang dada.

"Tim SAR gabungan memutuskan untuk masuk ke tahap selanjutnya, yaitu mengevakuasi korban yang sudah meninggal menggunakan alat-alat berat," kata Kepala BNPB, Suharyanto dalam keterangannya, Kamis, 2 Oktober 2025. 

Sehari sebelumnya, Rabu, 1 Oktober 2025, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi tujuh korban. Dari jumlah tersebut, lima orang ditemukan selamat dan dua lainnya meninggal dunia. Proses evakuasi kala itu masih dilakukan manual demi mengutamakan keselamatan korban dan personel SAR.

BNPB melaporkan, hingga Kamis, 2 Oktober 2025, pukul 16.30 WIB, jumlah korban yang berhasil dievakuasi mencapai 108 orang. Dari jumlah tersebut, 30 orang masih dirawat di rumah sakit, 73 orang sudah diperbolehkan pulang, lima orang meninggal dunia, dan 58 lainnya masih dalam pencarian.

Sebelumnya, Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Emi Freezer menyatakan proses evakuasi korban yang telah memasuki tahap pemulihan (recovery) menggunakan alat berat tersebut hanya akan dilaksanakan hingga sore hari.

"Dengan pertimbangan pencahayaan dan visibilitas terbatas, serta unsur keselamatan para petugas yang ada di lapangan adalah hal utama, maka kami putuskan untuk tidak melaksanakan proses pada malam hari," kata Freezer.

Selain itu Freezer menjelaskan sebelum seluruh pihak memutuskan untuk menyetujui penggunaan alat berat, pihak Basarnas telah tiga kali melakukan asesmen di lapangan untuk memastikan adanya tanda-tanda kehidupan sejak Rabu (1/10) malam hingga Kamis (2/10) pagi.

Dari proses asesmen menggunakan berbagai alat-alat mutakhir, Basarnas menyimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban.

"Asesmen dilakukan pada pukul 23.00 WIB pada Rabu malam, kemudian pada pukul 02.00 WIB dan terakhir pada 07.00 WIB Kamis, hasilnya nihil (tanda kehidupan)," kata Freezer.

Ia juga menerangkan nantinya seluruh proses pengangkatan puing menggunakan derek tersebut akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, setiap satu kali proses pengangkatan akan diikuti oleh asesmen ulang demi memastikan seluruh proses aman.

Halaman Selanjutnya

BNPB melaporkan, hingga Kamis, 2 Oktober 2025, pukul 16.30 WIB, jumlah korban yang berhasil dievakuasi mencapai 108 orang. Dari jumlah tersebut, 30 orang masih dirawat di rumah sakit, 73 orang sudah diperbolehkan pulang, lima orang meninggal dunia, dan 58 lainnya masih dalam pencarian.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |