Yogyakarta, VIVA – Keterlibatan anak muda dalam pemilu tidak sekedar datang ke bilik suara. Tetapi juga mereka harus hadir dalam ruang-ruang pengambil kebijakan, ikut mengatur seperti apa arah pembangunan bangsa ke depannya.
Ini menjadi gagasan diskusi publik yang digelar Partai Perindo, bertajuk "Politics Reborn, Suara Anak Muda: Udah Milih, Masa Nggak Bisa Ngatur", yang digelar di Mergangsan, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Plt. Ketua DPW Partai Perindo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Waketum V DPP Partai Perindo, Angkie Yudistia, menjelaskan bagaimana pentingnya anak muda ambil peran dalam sistem politik dan pemerintahan.
“Anak muda ini perlu untuk diakomodir. Kalau kita melihat pemerintah ataupun legislatif, masih memerlukan anak muda berada dalam sistem,” ujar Angkie. Hadir juga dalam diskusi dari kalangan pelajar, mahasiswa dan penyandang disabilitas.
Angkie menilai, suara generasi muda selama ini masih terpinggirkan. Padahal, mereka memiliki daya dorong yang kuat untuk ikut membentuk kebijakan.
“Kami sebagai anak muda adalah masyarakat yang mengawal dan tentunya mengatur kebijakan-kebijakan karena kami memilih mereka pada saat pemilu,” katanya.
Diskusi Politics Reborn seperti ini, menurut Angkie penting. Terutama untuk menyerap kegelisahan anak muda yang pasti beragam. Ini bisa menjadi bahan untuk diusulkan ke pemerintah.
“Kami mendengarkan, berdiskusi, lalu mencari solusi. Anak muda harus bergerak secara konsisten. Dari keresahan menjadi gerakan, dan dari gerakan lahirlah kebijakan,” katanya.
Penulis buku Perempuan Tunarungu, Menembus Batas, menyoroti minimnya representasi perempuan dalam politik. Syarat 30 persen keterwakilan perempuan menurutnya belum tercapai. Tapi bagi dia, anak muda dan perempuan, harus diberi ruang yang lebih besar. Apalagi kehadiran generasi Z hingga milenial, yang ke depannya mereka inilah yang memimpin bangsa.
"Suara anak muda itu sekarang sangat penting," tegas Staf Khusus Presiden RI periode 2019-2024 ini.
Akademisi Hilma Fanniar Rohman, setuju dengan pandangan tersebut. Dia menekankan bahwa anak muda tak boleh hanya jadi “lumbung suara” saat Pemilu.
"Politics Reborn itu bagaimana anak-anak muda bisa berperan aktif dan berpartisipasi dalam agenda politik nasional. Tidak hanya menjadi voter, tapi juga ikut mengisi kekuasaan itu sendiri,” tuturnya.
Dia menyayangkan banyaknya suara anak muda yang tak tersalurkan akibat aturan ambang batas parlemen (parliamentary threshold). Ini memperlihatkan lemahnya keterwakilan politik generasi muda.
“Dengan adanya batas parlemen, banyak suara partai politik, termasuk suara anak muda, yang terbuang,” jelasnya.
Dengan adanya bonus demografi, maka ruang bagi generasi muda menjadi sangat vital. Tidak hanya dipolitik menurutnya, tetapi juga di semua sektor.
"Peran anak muda hari ini sangat penting untuk membangun generasi emas di tahun 2045," tegasnya.
Turut menjadi pemateri ialah Anggota DPD RI Dapil Yogyakarta, RA Yashinta Sekar Mega dan Anggota DPRD Kebumen M. Fauhan Fawaqi. Hadir pula Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan DPP Partai Perindo Juang Akbar dan Wakil Ketua Bidang Perempuan, Anak dan Kesejahteraan Keluarga DPP Partai Perindo Rahmi Kamila.
Politics Reborn yang digagas Partai Perindo ini menjadi pengingat bahwa politik bukan ranah eksklusif elite semata. Anak muda sebagai pemilik masa depan bangsa harus mengambil peran lebih besar dalam menentukan arah negeri, dari memilih hingga mengatur.
Halaman Selanjutnya
“Kami mendengarkan, berdiskusi, lalu mencari solusi. Anak muda harus bergerak secara konsisten. Dari keresahan menjadi gerakan, dan dari gerakan lahirlah kebijakan,” katanya.