Gelombang PHK Senyap Hantam Industri IT, Nasib 50.000 Pekerja di Ujung Tanduk

3 hours ago 1

Senin, 13 Oktober 2025 - 19:00 WIB

Jakarta, VIVA – Industri teknologi India tengah diguncang gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) senyap, atau istilahnya, silent layoffs. PHK ini, bisa berdampak pada lebih dari 50 ribu pekerja hingga akhir tahun ini.

Fenomena tersebut menunjukkan bagaimana revolusi AI dan efisiensi biaya mulai mengubah struktur kerja di sektor teknologi terbesar di Asia Selatan tersebut.

Laporan Times of India mengungkapkan, sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Tata Consultancy Services (TCS) dan Accenture mulai memangkas karyawan secara bertahap dengan alasan kinerja, efisiensi, dan restrukturisasi organisasi. 

Proyeksi menunjukkan, jumlah pemutusan hubungan kerja tahun ini bisa dua kali lipat dibanding tahun 2024. “Puluhan ribu posisi telah hilang secara diam-diam tahun ini,” ujar Phil Fersht, Chief Executive Officer HFS Research, sebagaimana dikutip dari Times of India, Senin, 13 Oktober 2025.

Menurut para analis, adopsi teknologi AI menjadi pendorong utama PHK massal ini. Banyak pekerjaan rutin di bidang rekayasa perangkat lunak kini bisa dikerjakan lebih efisien oleh sistem berbasis AI, sehingga ini membuat sejumlah pekerjaan manusia menjadi tidak lagi relevan.

Neeti Sharma, CEO Teamlease Digital, mengatakan, AI telah mengubah lanskap kerja. "Perusahaan kini butuh talenta dengan keahlian khusus, bukan sekadar manajer tim,” ungkapnya.

Ia memperkirakan, jumlah pekerja terdampak bisa mencapai 55 ribu hingga 60 ribu orang pada 2025. Posisi manajemen menengah menjadi kelompok yang paling rentan, karena peran mereka yang berfokus pada koordinasi dan pelaporan kini mulai tergantikan oleh alat otomasi dan sistem kecerdasan buatan.

'PHK Senyap' yang Jadi Tren

Ilustrasi PHK

Photo :

  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Menariknya, sebagian besar perusahaan memilih tidak mengumumkan PHK secara terbuka. Banyak karyawan yang diminta mengundurkan diri secara sukarela dengan kompensasi tertentu, atau diberi waktu tiga bulan untuk mencari pekerjaan baru.

“Saya dipanggil HR dan diberitahu bahwa hari itu adalah hari kerja terakhir saya,” ujar seorang pegawai IT dengan pengalaman tiga tahun. “Mereka bilang ini soal performa dan saya diberi pesangon tiga bulan,” katanya.

Taktik seperti ini, menurut para analis, dilakukan untuk menjaga citra perusahaan sekaligus menghindari kepanikan di internal maupun pasar.

Halaman Selanjutnya

Selain faktor AI, industri IT India juga menghadapi tekanan dari perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan kebijakan imigrasi AS yang makin ketat. Kenaikan biaya visa kerja (H-1B) dan kebijakan HIRE Act di Amerika Serikat menambah beban biaya operasional perusahaan India yang bergantung pada tenaga kerja ekspatriat.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |