Iran Tuduh Pengawas Nuklir PBB Khianati Tugas, Respons atas Serangan Fasilitas Nuklir oleh AS dan Israel

7 hours ago 1

Minggu, 29 Juni 2025 - 12:00 WIB

Teheran, VIVA – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas setelah Iran secara terbuka menuding Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan Direktur Jenderalnya, Rafael Grossi, telah melakukan pengkhianatan terhadap tugas lembaga pengawas nuklir dunia tersebut. Tuduhan keras ini muncul menyusul desakan Grossi untuk mengunjungi fasilitas nuklir Iran yang baru saja dibom oleh Amerika Serikat, dalam eskalasi terbaru konflik Iran-Israel.

Instalasi nuklir Iran rusak diserang Israel

Iran Nilai Permintaan Grossi “Tak Bermakna dan Jahat”

Dalam pernyataan tegas yang disampaikan melalui platform X (sebelumnya Twitter), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyampaikan kekecewaannya terhadap sikap IAEA dan pemimpinnya. Ia menilai desakan Rafael Grossi untuk mengunjungi situs nuklir yang dihantam bom AS “tidak ada artinya”, bahkan berpotensi mengandung niat jahat.

“Grossi dan IAEA bertanggung jawab penuh atas situasi menyedihkan ini,” tegas Araghchi, seraya menyatakan bahwa Iran berhak mengambil langkah apa pun untuk membela kepentingan nasional, rakyat, dan kedaulatannya.

Latar Belakang: Eskalasi Konflik Iran-Israel-AS

Konflik bersenjata antara Iran dan Israel meletus pada 13 Juni 2025, setelah serangan udara Israel menghantam beberapa fasilitas militer dan infrastruktur penting Iran. Serangan tersebut menyebabkan sedikitnya 606 korban jiwa dan lebih dari 5.300 luka-luka, menurut data dari Kementerian Kesehatan Iran.

Kemudian, Amerika Serikat—sekutu utama Israel—ikut meluncurkan serangan pada 22 Juni, yang menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran di:

Ilustrasi pesawat pengebommembawa bom penghancur bunker non-nuklir AS

Sebagai respons, Iran melancarkan serangan rudal dan drone balasan ke wilayah Israel, menyebabkan sedikitnya 29 kematian dan melukai lebih dari 3.400 orang, berdasarkan data dari Universitas Ibrani Yerusalem.

Konflik ini akhirnya dihentikan sementara melalui gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat, dan mulai berlaku pada 24 Juni.

Parlemen Iran Hentikan Kerja Sama dengan IAEA

Sebagai bentuk protes atas serangan terhadap fasilitas nuklir dan sikap IAEA, Parlemen Iran pada 25 Juni 2025 resmi meloloskan undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA, hingga Iran merasa keamanannya dijamin.

Langkah ini dianggap sebagai puncak kekecewaan Iran terhadap peran Rafael Grossi, yang menurut Araghchi telah “mengaburkan fakta bahwa semua masalah masa lalu Iran sebenarnya telah ditutup oleh Badan tersebut lebih dari satu dekade lalu.”

Tudingan: Grossi Fasilitasi Resolusi Bermotif Politik

Araghchi menyebut bahwa tindakan Grossi justru memicu adopsi resolusi oleh Dewan Gubernur IAEA, yang menyatakan bahwa Iran telah melanggar kewajiban nonproliferasi untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade. Resolusi ini, menurut Iran, digunakan sebagai pembenaran oleh Israel dan AS untuk melancarkan pemboman terhadap fasilitas nuklir mereka.

“Dengan tindakannya yang mencengangkan ini, Grossi telah memfasilitasi resolusi bermotif politik dan menjadi bagian dari skenario pemboman ilegal terhadap negara kami,” tegas Araghchi.

Konteks Global: IAEA Hadapi Tantangan Kredibilitas

Pernyataan tegas dari Iran ini menyoroti tantangan serius terhadap kredibilitas dan netralitas IAEA, yang semestinya berfungsi sebagai badan pengawas independen untuk memastikan penggunaan energi nuklir secara damai.

Iran menilai bahwa desakan kunjungan ke fasilitas yang baru saja diserang, justru memperlihatkan ketidakpekaan dan potensi bias terhadap tekanan politik negara-negara Barat.

Hubungan Iran-IAEA Memasuki Titik Terendah

Ketegangan antara Iran dan badan pengawas nuklir internasional IAEA memasuki fase paling serius dalam beberapa tahun terakhir. Tuduhan bahwa Rafael Grossi mengkhianati tugasnya menjadi sorotan tajam, khususnya dalam konteks konflik berkepanjangan Iran dengan AS dan Israel. Langkah Iran untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA bisa berdampak besar terhadap stabilitas kawasan dan masa depan perjanjian nuklir di Timur Tengah. (Antara)

Halaman Selanjutnya

Kemudian, Amerika Serikat—sekutu utama Israel—ikut meluncurkan serangan pada 22 Juni, yang menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran di:

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |