Jakarta, VIVA – WhatsApp mengingatkan kepada hampir 100 jurnalis dan warga sipil mengenai potensi pelanggaran perangkat yang melibatkan spyware dari perusahaan mata-mata Israel Paragon Solutions.
Menurut WhatsApp, perusahaan mata-mata ini kemungkinan telah disusupi melalui serangan zero-click, yang mungkin dimulai melalui PDF berbahaya yang dikirim melalui WhatsApp grup.
Identitas hacker atau peretas masih belum diketahui, meskipun perangkat lunak Paragon Solutions biasanya digunakan oleh klien pemerintah.
Setelah mendeteksi dan menghentikan upaya peretasan, WhatsApp mengeluarkan surat perintah penghentian ke perusahaan tersebut.
Insiden ini juga sudah dilaporkan ke penegak hukum dan Citizen Lab, lembaga pengawas internet Kanada. Paragon Solutions menolak mengomentari tuduhan itu, seperti dikutip dari situs Russia Today, Minggu, 2 Februari 2025.
Peneliti Citizen Lab, John Scott-Railton, mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan pengingat bahwa spyware bayaran terus berkembang biak dan membuat pola-pola serangan yang semakin meresahkan pengguna.
Mengutip situs resmi Paragon Solutions bahwa mereka mengiklankan 'alat, tim, dan wawasan yang berlandaskan etika untuk menghentikan ancaman yang sulit diatasi'.
Mereka juga mengklaim hanya menjual kepada pemerintah di negara demokrasi yang stabil. Produknya meliputi Graphite, perangkat lunak mata-mata yang memungkinkan akses telepon secara total.
Meskipun Paragon Solutions mengklaim praktik etis, temuan WhatsApp menunjukkan hal sebaliknya. Natalia Krapiva, penasehat hukum-teknologi senior di Access Now, menekankan bahwa penyalahgunaan tersebut bukanlah insiden yang berdiri sendiri.
"Ini bukan hanya masalah oknum tertentu – jenis penyalahgunaan tapi ini (merupakan) ciri industri spyware komersial," ungkapnya. Insiden ini menyusul serangkaian gugatan hukum terhadap perusahaan spyware Israel.
Pada Desember 2024, seorang hakim AS memutuskan bahwa NSO Group asal Israel, pembuat spyware Pegasus, bertanggung jawab atas peretasan ponsel 1.400 orang melalui WhatsApp pada Mei 2019.
Hal tersebut melanggar undang-undang peretasan negara bagian dan federal AS, serta ketentuan layanan WhatsApp.
Sidang terpisah pada Maret 2025 akan menentukan berapa ganti rugi yang harus dibayarkan NSO Group Israel kepada WhatsApp.
Dokumen hukum dari litigasi AS yang sedang berlangsung antara NSO Group dan WhatsApp telah mengungkapkan bahwa pembuat senjata siber Israel itu bukan klien pemerintahnya, yang memasang dan mengekstrak informasi menggunakan perangkat lunak mata-mata.
Pengungkapan ini bertentangan dengan klaim NSO Group sebelumnya bahwa hanya klien yang mengoperasikan sistem tersebut tanpa keterlibatan langsung perusahaan tersebut.
Halaman Selanjutnya
Meskipun Paragon Solutions mengklaim praktik etis, temuan WhatsApp menunjukkan hal sebaliknya. Natalia Krapiva, penasehat hukum-teknologi senior di Access Now, menekankan bahwa penyalahgunaan tersebut bukanlah insiden yang berdiri sendiri.