Jakarta, VIVA – Menuju cita-cita Indonesia Emas 2045, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dinilai menjadi kunci utama agar bangsa ini mampu bersaing secara global.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, mengatakan riset adalah fondasi penting dalam membangun SDM unggul dan berdaya saing tinggi.
“SDM menjadi kata kunci agar Indonesia tetap eksis dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Riset menjadi hal yang strategis untuk menjamin tumbuhnya SDM berkualitas dan berdaya saing,” ujar Sahiron dalam keterangan resminya, dikutip Rabu 29 Oktober 2025.
Untuk mendukung visi besar tersebut, Kemenag bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menghadirkan program Ministry of Religious Affairs The Awakened Indonesia Research Funds Program (MoRA The Air Funds).
Program ini, kata Shiron, merupakan pendanaan riset nasional yang dirancang untuk memperkuat riset di bidang keagamaan, sosial, humaniora, sains, teknologi, ekonomi, dan lingkungan.
Secara teknis, program ini dikelola oleh Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) di bawah Ditjen Pendidikan Islam.
Kepala Puspenma, Ruchman Basori, menjelaskan bahwa dalam tiga tahun ke depan (2024–2026), Kemenag mendapatkan alokasi dana riset sebesar Rp50 miliar per tahun dari LPDP.
Ia mengungkap, pada tahun anggaran 2024 sudah ada 47 tema penelitian dengan 201 periset dari 20 Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) dan satu Fakultas Agama Islam (FAI) di perguruan tinggi umum.
Ruchman berharap dukungan anggaran dari LPDP bisa ditingkatkan, mengingat jumlah PTK di bawah Kemenag mencapai 1.000 kampus dengan puluhan ribu dosen.
“Hal ini menjadi langkah strategis menguatkan riset-riset inovatif di bidang keagamaan, sosial humaniora, serta sains dan teknologi,” ujarnya.
Program MoRA The Air Funds menekankan riset kolaboratif dengan pendekatan multidisiplin dan keterlibatan dunia usaha serta industri (DUDI). Para dosen PTK diharapkan berpartisipasi aktif karena program ini menyediakan anggaran besar, mulai dari Rp500 juta hingga Rp2 miliar per penelitian.
Selain pendanaan riset, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam juga menyiapkan langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi dosen melalui workshop dan program pemagangan internasional. Beberapa lembaga riset global seperti Alexander von Humboldt Foundation (Jerman), INRAE (Prancis), dan CSIRO (Australia) telah menjadi rujukan kerja sama.
Halaman Selanjutnya
“Melalui workshop dan pemagangan, dosen akan memahami metode pedagogi modern, teknologi digital dalam pengajaran agama, serta manajemen riset berstandar global,” kata Sahiron.

4 hours ago
4









