Jakarta, VIVA – PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) menjadi salah satu emiten yang menguat saat pasar domestik mengalami koreksi tajam persen di akhir perdagangan Jumat, 28 Februari 2025. Emiten consumer primer sukses membukukan pertumbuhan laba hingga 94 persen sepanjang tahun 2024.
Analis CGS Sekuritas Andrian A. Saputra menuturkan, saham LSIP menguat 3,2 persen menjadi 975. Bersamaan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus lebih dari 3 persen.
Dalam sesi siaran langsung Berita Tentang Saham pada Senin, 3 Maret 2025, Andrian mengulas laporan keuangan perseroan yang menunjukkan kinerja positif.
"Ada kabar news terbaru dari paparan keuangan di mana perseroan menutup tahun 2024 dengan kinerja keuangan yang solid. Meskipun menghadapi adanya berbagai tantangan dari sektor perkebunan dan juga agribisnis," ucap Adrian.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Photo :
- freepik.com/freepik
Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 1,48 triliun atau tumbuh 94 persen secara year on year (yoy). Kinerja perseroan menunjukkan pertumbuhan kuat didorong kenaikan harga jual rata-rata produk kelapa sawit serta strategi efisiensi biaya yang diterapkan oleh perusahaan.
"Jadi memang faktor utamanya adalah kenaikan harga CPO," jelas Adrian.
Penjualan LSIP melesat 9 persen menjadi Rp 4,56 triliun. Lonjakan akibat kenaikan harga rata-rata produk CPO yang akhirnya mampu menutup penurunan produksi dari perseroan.
Laba kotor turut menunjukkan kenaikan sebesar 63 persen menjadi Rp 1,99 triliun. Sementara itu, pertumbuhan laba operasional tembus lebih dari tiga digit.
"Lebih tepatnya 104 persen menjadi Rp 1,55 triliun," ujar Andrian.
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit.
Photo :
- ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Dari aspek operasional, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti mencapai 1,17 juta ton relatif stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sayangnya, produksi CPO justru mengalami penurunan sebesar 2 persen secara tahunan menjadi 287 ribu yang sebagian besar disebabkan berkurangnya pasokan TBS dari pihak eksternal.
Rincian mendata, penjualan minyak kelapa sawit mencapai Rp 3,6 triliun. Sedangkan, produk inti sawit dan produk terkait sebanyak Rp 592 miliar, produk karet Rp 142 miliar serta lain-lain senilai Rp 187 miliar.
Adrian menilai saham LSIP masih layak untuk dilirik para investor. Terlebih, candle terakhir saham LSIP berada di area support yang cukup kuat.
"Secara teknikal, LSIP cukup menarik. Kemarin (Jumat) close-nya menguat dan itu menunjukkan pola rebound yang mana posisi dari candle terakhir ada di area support yang cukup kuat dalam fase sideways yang sedang berlangsung saat ini," jelas Adrian.
Andrian juga memperhitungkan saham LSIP akan berbalik menguat dalam jangka pendek. Hal tersebut diperkuat beberapa indikator saham yang menunjukkan peluang kenaikan.
"Secara jangka pendek, peluang rebound ini masih cukup terbuka. Unpanjang bullish, volume pun juga ada kenaikan serta dari beberapa indikator Stochastic yang menunjukkan golden cross dari area oversould-nya," lanjut Adrian.
Berdasarkan pantauan VIVA hingga, grafik pergerakan saham LSIP masih di zona merah sementara dalam lima hari terakhir justru menunjukkan kenaikan, khususnya di awal Maret. Saham LSIP diperdagangkan di level 1.035 atau melemah 2,82 persen atau 30 poin hingga pukul 10.45 WIB pada Selasa, 4 Maret 2025.
Halaman Selanjutnya
Penjualan LSIP melesat 9 persen menjadi Rp 4,56 triliun. Lonjakan akibat kenaikan harga rata-rata produk CPO yang akhirnya mampu menutup penurunan produksi dari perseroan.