Misteri 2 Perempuan di Balik Kematian Brigadir Nurhadi

5 hours ago 3

Lombok, VIVA – Brigadir Muhammad Nurhadi ditemukan tewas di sebuah vila di Gili Trawangan Lombok Utara pada Rabu, 16 April 2025. Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Apalagi, istrinya baru satu bulan yang lalu melahirkan anak kedua. Sementara anak pertama masih berusia lima tahun. Belum paham apa yang sebenarnya terjadi.

Pihak keluarga hingga pemandi jenazah menemukan kejanggalan di tubuh korban. Di bawah mata kanannya terdapat luka yang terus mengeluarkan darah meski telah dimandikan. Terdapat luka juga di jari-jari kaki, punggung kaki hingga lutut.

Hidungnya terus mengeluarkan darah. Leher bagian belakang dan pinggang korban juga terdapat memar, berdasarkan keterangan orang-orang yang memandikan jenazah.

Bungkamnya Kabid Humas Polda NTB dan Kabid Propam Polda NTB menimbulkan kecurigaan apa yang sebenarnya terjadi.

Proses persiapan ekshumasi di kubur Brigadir Nurhadi (Satria)

Photo :

  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

Misteri Dua Perempuan

Pada Selasa siang, 29 April 2025 VIVA mencoba menelusuri jejak kasus tersebut. VIVA berangkat dari Mataram menuju Teluk Nare Lombok Utara, salah satu pintu masuk menuju Gili Trawangan, sebuah pulau mungil di tengah laut yang dekat dengan Gili Meno dan Gili Air.

Di sebelah Teluk Nare, terdapat juga jalur masuk menuju Gili, yaitu Teluk Kodek. Dari sana pada Rabu sore 16 April kemarin Brigadir Nurhadi berangkat menuju Gili Trawangan.

Teluk Kodek merupakan pintu masuk menuju tiga Gili (Trawangan, Gili Meno dan Gili Air). Sama dengan Teluk Nare, di Teluk Kodek hanya menyediakan transportasi speadboat. Untuk menuju Gili Trawangan melalui Teluk Kodek, pengunjung harus membayar biaya transportasi Rp350 ribu. Berbeda dengan Pelabuhan Bangsal yang menyediakan transportasi laut disebut perahu publik dengan tarif cukup murah hanya Rp20-an ribu.

Brigadir Nurhadi, Kompol I Made Yogi Porusa Utama dan Ipda Haris Chandra menyeberangi Gili Trawangan melalui Teluk Kodek.

Tapi bukan cuma mereka, informasi yang kami temukan di lapangan, mereka membawa dua perempuan yang diduga bukan warga Lombok.

“Berlima mereka. Ada dua perempuan menggunakan bahasa ‘lu gue’ yang ikut,” kata seorang warga sopir speadboat di Teluk Nare yang tidak ingin namanya disebut.

Dia mencurigai dua perempuan tersebut orang luar NTB, karena dari bahasanya sangat berbeda.

Berlima mereka menaiki speedboad bernama Princess dan tiba di Gili Trawangan sekitar 15 menitan.

Tiba di Gili Trawangan, Brigadir Nurhadi dan Kompol Yogi mereservasi kamar dengan kolam pribadi di The Beach House, sebuah hotel tidak jauh dari pantai di Trawangan. Mereka mendapatkan kamar nomor 207.

Sementara dua perempuan tersebut menginap di hotel yang berada di samping The Beach House.

Ini dibenarkan oleh General Manager The Beach House, Dewa yang kami temui di Trawangan.

“Nginapnya ada dua orang. Kemarin ada teman-temannya juga di sebelah (hotel sebelah),” katanya.

Meskipun nginap di sebelah, sesekali mereka berkumpul di kamar The Beach House.

“Mereka ada nginap di sebelah juga,” ujarnya.

Dewa membantah bahwa Brigadir Nurhadi meninggal di lokasi hotelnya. Dia mengatakan sekitar pukul 19.30 Wita setelah mendapat laporan, dia memanggil petugas medis dari Klinik Warna.

“Bukan dibawa jadi jenazah dari sini. Waktu itu kurang lebih jam 19.30-an kita diinfokan sama temannya bahwa terjadi kejadian seperti itu. Ada kejadian kita hubungi klinik,” ujarnya.

Dia mengatakan pihak hotel telah melakukan BAP dan menyerahkan bukti-bukti yang mendukung penyelidikan kepolisian.

Media ini juga mengunjungi Klinik Warna di Trawangan. Pihak medis dari klinik tersebut yang menangani Brigadir Nurhadi saat ditemukan. Saat itu Brigadir Nurhadi mendapat penanganan medis oleh dokter Lingga Krisna, sebelum dinyatakan meninggal dunia.

Saat berkunjung ke Klinik Warna, petugas mengatakan dokter Lingga berada di Mataram. Dia mencoba menghubungi dokter Lingga untuk meminta izin nomornya diberikan kepada awak media, namun dokter Lingga tidak berkenan.

“Mohon maaf mas. Dokter Lingga enggak bersedia (diwawancara). Dia minta untuk langsung (wawancara) polisi aja,” kata seorang pegawai di Klinik Warna.

Media ini terus menghubungi pihak Polda NTB, namun jarang memberikan informasi.

Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Mohamad Kholid jarang menjawab pertanyaan media. Sesekali hanya menjawab kasus tersebut masih penyelidikan.

“Sementara tim masih melakukan penyelidikan,” ujarnya.

Sementara Kabid Propam Polda NTB, Kombes Pol Dedy Darmawansyah sama sekali tidak merespon setiap pertanyaan media meskipun nomornya aktif.

Ekshumasi

Kubur Brigadir Nurhadi di Pemakaman Peresak, Dusun Jejelok, Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat akan dilakukan ekshumasi atau pembongkaran pada Kamis pagi, 1 Mei 2025. Kasus tersebut mendapat atensi Mabes Polri, sehingga pihak kepolisian berhasil membujuk keluarga untuk melakukan autopsi di pemakaman.

Kepala Desa Sembung, Ali Abdul Syahid mengatakan telah menyiapkan lokasi untuk dilakukan ekshumasi.

“Sesuai arahan pihak Polda tadi, kita pemerintah desa menyiapkan lokasi otopsi untuk mendukung dilakukan autopsi,” ujarnya.

“Informasi sementara mudahan tidak bergeser acaranya, sekitar jam 8 pagi,” ujarnya.

ia menjelaskan autopsi akan dilakukan oleh dokter yang dihadirkan dari Jakarta oleh Mabes Polri.

“Informasinya petugas dari pusat, dari Mabes Polri,” ujarnya.

Sayangnya, dari informasi yang dihimpun media ini, belum ada kuasa hukum keluarga Nurhadi. Sehingga kemungkinan besok autopsi tanpa didampingi kuasa hukum untuk memastikan proses autopsi berlangsung transparan.

Halaman Selanjutnya

Di sebelah Teluk Nare, terdapat juga jalur masuk menuju Gili, yaitu Teluk Kodek. Dari sana pada Rabu sore 16 April kemarin Brigadir Nurhadi berangkat menuju Gili Trawangan.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |