VIVA – Presenter, Ruben Onsu membagikan pengalaman spiritual yang menyentuh hati setelah memutuskan untuk memeluk agama Islam. Dalam penuturannya yang penuh ketulusan, mantan suami Sarwendah itu mengaku menemukan kedamaian dan pegangan hidup yang selama ini ia rindukan.
Ungkapan tersebut disampaikanny di program Pagi-Pagi Ambyar, sebagaimana ditayangkan di kanal YouTube Trans TV baru-baru ini. Ruben mengisahkan momen awal dirinya menjadi mualaf, sebuah titik balik yang membawanya pada ketenangan batin yang selama ini terasa asing dalam kesehariannya sebagai publik figur.
"Ketika pertama kali saya (menjadi) muslim, saya enggak minta apapun. Yang selalu saya ucapin cuma 'ya Allah, sempurnakan salat saya'. Saya enggak ada minta kebahagiaan, saya enggak ada minta harta. Saya nggak ada minta itu," ujarnya.
Kepada para host, Ruben mengungkap bahwa keputusannya untuk tidak memohon harta atau kebahagiaan justru membawa ketenangan tersendiri. Ia mengingat percakapannya dengan Habib Usman yang memperkuat keyakinannya dalam menjalani kehidupan spiritualnya.
"Itu saya sudah ucapin sama Habib Usman dan jawaban beliau itu menenangkan pikiran dan telinga saya," tambahnya.
Lebih lanjut, pria berusia 41 tahun ini mengaku kini merasa memiliki tempat bersandar yang tak tergantikan. Salat telah menjadi ruang curhat batin, tempat ia meluapkan perasaan yang selama ini tertahan. Dalam doa-doanya, Ruben merasa tak lagi sendiri menghadapi tekanan kehidupan dan tuntutan profesi.
"Sekarang ini saya seperti anak yang lagi sering mengadu. Sekarang ini saya sudah tidak (mengandalkan orang lain). Bukan tidak percaya lagi dengan sesama, tapi saya lega aja kalau saya bisa bercerita ketika saya lagi salat, tenang hati saya. Dan saya kayak enggak sendiri," ucapnya dengan penuh perasaan.
Sebagai publik figur yang dikenal lewat candaan dan senyum di layar kaca, Ruben menyadari bahwa ada kesedihan yang kerap tersembunyi di balik penampilannya. Ia mengungkap bagaimana pekerjaan menuntutnya terus terlihat ceria, meski batinnya tengah dilanda kesedihan.
"(Selama ini) di kesunyian saya, saya harus pura-pura tertawa. Di ketertawaan saya, saya harus menahan air mata. Tapi pekerjaan saya semuanya menuntut saya harus menghibur. Jadi saya rasa ini sudah saatnya saya bercerita. Tanpa saya ngucap pun, air mata sudah keluar sendiri," tuturnya.
Kini, dengan mantap, Ruben menyatakan bahwa dirinya telah menyerahkan sepenuhnya hidup kepada kehendak Ilahi. Ia tak lagi terbebani oleh ekspektasi manusia dan merasa cukup dengan ridha Tuhan sebagai pegangan utama dalam menjalani hari.
"Sekarang ini saya sudah tidak lagi merasa kesal, marah, kecewa. Semuanya terserah. Karena sampai saya di sini, pagi ini, Allah sudah punya mau," katanya.
"Saya sudah capek yang namanya mengandalkan manusia," imbuh Ruben.
Halaman Selanjutnya
Sebagai publik figur yang dikenal lewat candaan dan senyum di layar kaca, Ruben menyadari bahwa ada kesedihan yang kerap tersembunyi di balik penampilannya. Ia mengungkap bagaimana pekerjaan menuntutnya terus terlihat ceria, meski batinnya tengah dilanda kesedihan.