Permintaan Aluminium Diproyeksi Naik 6 Kali Lipat dalam 30 Tahun ke Depan

1 day ago 5

Kamis, 5 Juni 2025 - 13:02 WIB

Jakarta, VIVA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan permintaan untuk aluminium akan meningkat enam kali lipat dalam waktu 30 tahun ke depan, selaras dengan tren transisi energi. Hal itu diungkapkan Direktur Pengembangan Bisnis Inalum Melati Sarnita dalam Indonesia Critical Minerals Conference.

“Dalam proyeksi kami untuk 30 tahun ke depan, kami meyakini bahwa permintaan untuk aluminium naik enam kali lipat dari hari ini,” ucapnya dikutip dari Antara, Kamis, 5 Juni 2025.

Menurutnya, peningkatan permintaan tersebut berlangsung selaras dengan upaya transisi energi menuju energi baru dan energi terbarukan yang terjadi di tingkat global.

Kantor Inalum di Sumatera Utara.

Photo :

  • VIVA/Raden Jihad Akbar

Ketika berbicara soal transisi energi, lanjut dia, kendaraan listrik menjadi salah satu topik yang paling sering diangkat. “Dan ketika berbicara tentang baterainya, 18 persen dari battery pack untuk EV sebenarnya dari aluminium. Itulah pasarnya (aluminium),” ucap Melati.

Inalum, kata dia, bukanlah pihak yang akan melakukan hilirisasi bauksit hingga menjadi battery pack. Perusahaan pelat merah tersebut berkecimpung di tatanan midstream, yakni menghasilkan aluminium ingot, billet, alloy.

Nantinya, produk yang dihasilkan oleh Inalum akan diolah oleh perusahaan lain untuk diubah menjadi battery pack.

“Jadi, bukan Inalum yang bikin langsung penampangnya. Karena kami gak boleh main sampai ujung, gak boleh,” kata dia.

Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum memainkan peran sebagai pendorong ekosistem dengan menyediakan bahan baku. Dengan demikian, Inalum tidak berkompetisi dengan industri nasional yang berperan untuk menjadi produsen battery pack.

“Kami juga gak mau berkompetisi dengan industri nasional. Kami harus jadi enabler-nya kan,” ucapnya.

Sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi) ketika menjabat sebagai Presiden RI menyampaikan bahwa kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, dan 56 persen dari itu masih dipenuhi melalui impor.

Jokowi berharap agar Inalum dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri melalui smelter bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat.

Soal rencana pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memulai groundbreaking megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) pada pekan ketiga Juni 2025. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter HPAL), pabrik prekursor-katoda, serta fasilitas produksi sel baterai dan battery pack.

Nilai investasi yang dikucurkan diperkirakan mencapai sekitar 6–7 miliar dolar AS atau lebih dari Rp97–114 triliun, dan akan menciptakan lebih dari 20.000 lapangan kerja. (Ant)

Halaman Selanjutnya

Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum memainkan peran sebagai pendorong ekosistem dengan menyediakan bahan baku. Dengan demikian, Inalum tidak berkompetisi dengan industri nasional yang berperan untuk menjadi produsen battery pack.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |