Kuala Lumpur, VIVA – Kehadiran perdana Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi di KTT ASEAN 2025 di Kuala Lumpur akan menjadi debut diplomatik perdana Takaichi setelah resmi menjabat perdana menteri perempuan pertama Jepang pada Selasa, 21 Oktober 2025.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Minoru Kihara pada Jumat, mengatakan Takaichi akan bertemu dengan para pemimpin ASEAN dan berpartisipasi dalam KTT Komunitas Nol Emisi Asia, sebuah kerangka kerja dekarbonisasi yang diluncurkan oleh Jepang.
"ASEAN, yang terletak di persimpangan geopolitik yang penting dan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan global, merupakan kunci untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Kihara, juru bicara pemerintah, dalam konferensi pers, Jumat, 24 Oktober 2025.
Jepang bermaksud memanfaatkan rangkaian pertemuan itu sebagai kesempatan untuk lebih memperkuat kerja sama dengan "mitra terpercaya" ASEAN, tambahnya.
Takaichi juga berupaya mengatur pembicaraan bilateral dengan para pemimpin negara peserta lainnya.
Sepulang dari Malaysia, Takaichi akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Tokyo dalam kunjungan resmi ke Jepang dari tanggal 27 hingga 29 Oktober 2025.
Debut Perdana Takaichi
Sementara itu, Presiden Klub Bisnis ASEAN, Tan Sri Dr. Munir Majid, kehadiran Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi di KTT ASEAN 2025 di Kuala Lumpur akan menandai kelanjutan keterlibatan Tokyo dengan Asia Tenggara
Ia mengatakan Jepang dan ASEAN telah menjalin hubungan kerja sama yang panjang dan akan terus berlanjut di bawah Perdana Menteri yang baru, tetapi yang harus dilakukan pada KTT ASEAN ke-47 adalah mengonsolidasikannya dan mengidentifikasi apa yang dapat dilakukan bersama dalam menghadapi tatanan ekonomi dan perdagangan yang telah berubah.
Namun, ia mengatakan bahwa jejak dan kesan Takaichi dalam keterlibatan tersebut akan bergantung pada masa jabatannya sebagai Perdana Menteri Jepang dan jenis kebijakan luar negeri yang akan ia bawa.
Munir mengatakan terdapat indikasi dari pernyataan yang ia buat bahwa Jepang akan lebih independen dari Amerika Serikat (AS) dan ingin lebih dekat dengan Tiongkok serta mengejar kepentingan Jepang.
Tarif dan ancaman Presiden AS Donald Trump tidak diterima dengan baik di Jepang, terutama di kalangan pendukung Partai Inovasi Jepang yang berhaluan kanan dan beroposisi, yang juga memiliki pandangan kuat terhadap imigran dan imigrasi di Jepang yang menua.
Halaman Selanjutnya
"Akan bagus untuk melihat bagaimana ia mengekspresikan kebijakan luar negeri yang independen dalam kerja sama dengan ASEAN," ujarnya dilansir Bernama, seraya menambahkan bahwa Takaichi telah dipilih oleh Partai Demokrat Liberal (LDP) untuk melawan seruan sayap kanan Partai Inovasi Jepang.

12 hours ago
5









