Jakarta, VIVA – Kecelakaan truk dan bus akibat rem blong terus menjadi momok menakutkan bagi pengguna jalan. Insiden semacam ini kerap menghiasi pemberitaan, menyisakan korban jiwa dan kerugian besar.
Kecelakaan terbaru, sebuah truk pengangkut galon air menabrak pembatas gardu di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2 KM 41+400 arah Jakarta.
Truk diduga mengalami rem blong saat mendekati gerbang tol, menghantam sejumlah kendaraan yang sedang antre pembayaran e-toll.
Akibat tabrakan beruntun ini, enam kendaraan rusak dan tiga di antaranya terbakar hebat.
kecelakaan terjadi ketika sebuah truk bermuatan galon melaju dari arah Ciawi menuju Jakarta. Saat memasuki gerbang tol, truk mengalami rem blong dan tak dapat dikendalikan.
Photo :
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Menurut Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, pola kecelakaan rem blong yang melibatkan kendaraan berat seperti bus dan truk nyatanya tidak banyak berubah dari waktu ke waktu.
Bahkan, peristiwa tragis serupa pernah terjadi beberapa tahun silam dengan penyebab teknis yang nyaris identik.
Salah satunya adalah kecelakaan maut di Jalur Gekbrong, Sukabumi-Cianjur, pada 30 Juli 2016. Saat itu, sebuah truk melaju dengan kecepatan hingga 100 km/jam dalam posisi gigi netral di jalan menurun panjang dan berkelok.
Truk mengalami rem blong dan menewaskan 18 orang serta melukai puluhan lainnya.
"Jenis sistem rem kombinasi (AOH), pengemudi menggunakan gigi 5 saat melalui jalan menurun panjang, jalan berkelok dan menurun panjang, tekanan angin kurang 6 bar," ujarnya dikutip VIVA melalui keterangan resmi.
Ia menambahkan bahwa hal tersebut terjadi karena pengemudi melakukan pengereman berulang dan menggunakan gigi tinggi yang menyebabkan tekanan angin turun di bawah standar.
Kemudian, kecelakaan lainnya terjadi pada sebuah bus wisata di jalur Bandung–Subang, tepatnya sesudah kawasan Tangkuban Perahu.
Dalam peristiwa itu, 11 orang tewas dan puluhan luka-luka. Bus kehilangan kendali setelah sistem rem mengalami kerusakan fatal.
"Fakta, bus kehilangan kendali karena rem tidak berfungsi. Hasil investigasi menemukan adanya kebocoran massive pada relay valve yang dipicu adanya oli yang berasal dari tabung angin," katanya.
Ia melanjutkan, “Selain itu, jarak kampas terhadap tromol juga tidak standar sehingga mempercepat pembuangan angin.”
Lebih fatal lagi, Wildan mengatakan bahwa pengemudi tidak menyadari kerusakan tersebut sebelum perjalanan.
“Pengemudi pun juga tidak melakukan pemeriksaan rem sebelum beroperasi sehingga tidak mengetahui adanya kebocoran tersebut. Pengemudi baru pertama kali membawa bus tersebut," tuturnya.
Dari berbagai hasil investigasi tersebut, KNKT menyimpulkan bahwa pola kecelakaan akibat rem blong dapat dikategorikan menjadi dua kategori.
Pertama, rem blong yang terjadi saat kendaraan melaju di jalan menurun karena pengemudi menggunakan gigi tinggi, melakukan pengereman berulang, dan akhirnya rem tidak berfungsi.
Saat rem gagal, pengemudi mencoba memindahkan gigi tetapi justru masuk ke posisi netral.
Akibatnya, kendaraan meluncur bebas dengan kecepatan sangat tinggi dan berakhir dengan tabrakan hebat.
Kedua, rem blong yang disebabkan oleh malfungsi sistem rem akibat tidak adanya pemeriksaan kendaraan secara menyeluruh sebelum beroperasi.
Dalam banyak kasus, pengemudi tidak melakukan pre-trip inspection, sehingga kerusakan pada komponen penting tidak terdeteksi sejak awal.
Halaman Selanjutnya
Truk mengalami rem blong dan menewaskan 18 orang serta melukai puluhan lainnya.