Raksasa Otomotif Ini PHK Massal 7.500 Karyawan, Penjualan Lesu Jadi Biang Kerok?

3 hours ago 1

Rabu, 19 Maret 2025 - 12:50 WIB

Jakarta, VIVA – Gelombang PHK massal kembali menghantam industri otomotif. Di tengah upaya transformasi ke kendaraan listrik (EV) dan efisiensi biaya, perusahaan otomotif raksasa semakin banyak yang mengambil langkah tegas dengan memangkas jumlah karyawan.

Kali ini, giliran Audi, anak perusahaan premium dari Volkswagen Group, yang mengumumkan kabar mengejutkan. Perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 7.500 karyawan di Jerman secara bertahap hingga 2029.

Dalam pengumuman resmi pada Senin, 17 Maret 2025, Audi menyebut bahwa pemangkasan tenaga kerja akan difokuskan pada bagian administrasi dan pengembangan. Langkah ini merupakan bagian dari paket penghematan biaya yang telah disepakati antara manajemen dan perwakilan pekerja.

Audi menargetkan penghematan sebesar 1 miliar euro atau setara sekitar Rp17,97 triliun per tahun dalam jangka menengah. Tak hanya itu, Audi juga berencana untuk tetap berinvestasi sebesar 8 miliar euro atau sekitar Rp143,8 triliun di pabrik-pabrik mereka di Jerman dalam empat tahun ke depan.

PHK di Audi ini, menambah jumlah total pemangkasan karyawan di seluruh Volkswagen Group menjadi hampir 48.000 orang. Rinciannya, VW telah mengumumkan pemangkasan 35.000 pekerjaan, Porsche berencana memotong 3.900 pekerjaan, dan unit perangkat lunak Cariad akan mengurangi sekitar 1.600 pekerjaan.

Audi sendiri sebelumnya telah memangkas 9.500 pekerjaan produksi sejak 2019, yang kala itu dilakukan untuk mendanai peralihan ke kendaraan listrik dan meningkatkan margin laba menjadi 9-11%.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, performa Audi menurun. Margin operasional mereka anjlok dari 7% menjadi hanya 4,5% dalam sembilan bulan pertama 2024, akibat lemahnya penjualan di pasar utama dan biaya tinggi untuk menutup produksi di pabrik Brussels yang bermasalah.

Kabar baiknya, Audi berencana memproduksi model kendaraan listrik entry-level terbaru di pabrik Ingolstadt dan mempertimbangkan produksi model tambahan di pabrik Neckarsulm, Jerman. Perusahaan juga memperpanjang perjanjian jaminan keamanan kerja di Jerman hingga akhir 2033.

Joerg Schlagbauer, ketua dewan perwakilan pekerja, mengakui bahwa proses negosiasi tidaklah mudah. "Negosiasinya memang berat, tetapi selalu berjalan secara profesional dan berorientasi solusi. Kami harus membuat kompromi untuk memberikan fleksibilitas finansial bagi investasi tambahan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, performa Audi menurun. Margin operasional mereka anjlok dari 7% menjadi hanya 4,5% dalam sembilan bulan pertama 2024, akibat lemahnya penjualan di pasar utama dan biaya tinggi untuk menutup produksi di pabrik Brussels yang bermasalah.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |