Jakarta, VIVA – Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan meminta polisi mengusut tuntas temuan ladang ganja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dia berharap polisi bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan kasus temuan ladang ganja tersebut.
"Kami minta pihak berwenang, kepolisian juga mengusut dengan tuntas dan menjelaskan secara clear ke masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memahami, tidak bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi," ujar Daniel kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 19 Maret 2025.
Daniel sendiri mengaku terkejut mendengar temuan ladang ganja di taman nasional Bromo Tengger Semeru. Pasalnya, taman nasional ini dikelola oleh pemerintah.
"Ya, tentu ini suatu hal yang mengejutkan ya. Bukan hanya buat masyarakat, tapi juga buat segenap Komisi IV. Karena letak dari ladang ganja ini kan di tengah-tengah Taman Nasional. Yang seharusnya dalam kendali pemerintah," kata Daniel.
Karena itu, Komisi IV DPR RI berencana memanggil dan meminta penjelasan dari pihak Kementerian Kehutanan (Kemenhut) terkait temuan ladang ganja tersebut.
"Dalam kendali Kementerian Kehutanan. Kita akan segera memanggil, meminta penjelasan dari pihak Kementerian Kehutanan yang memang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Taman Nasional," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menanggapi adanya penemuan ladang ganja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Menhut Raja Antoni mengatakan penemuan ladang ganja tersebut merupakan kerjasama Kemenhut dalam hal ini Balai Besar TNBTS dengan pihak kepolisian.
“Bahwa ladang ganja itu bukan hasil karya teman-teman Taman Nasional di sana. Tapi itu bekerjasama dengan kepolisian untuk menemukan ladangnya,” ujar Raja Antoni, di TMII, Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025.
Raja Antoni menyebut penemuan area ladang ganja ini dilakukan dengan menggunakan drone dan pemetaan bersama pihak kepolisian hingga Polisi Hutan. Ia mengatakan hal ini sekaligus membantah isu yang mengaitkan penutupan TNBTS lantaran dengan adanya lahan ganja.
“Pakai drone segala macam, dan itu tidak terkait dengan penutupan taman nasional. Kan isunya ‘oh di tutup supaya ganjanya tidak ketahuan’, justru dengan drone, dan temen-temen di Taman Nasional yang menemukan titiknya bersama Polhut, itu kita cabut dan menjadi barang bukti yang kita bawa ke polisi,” ujar Raja Antoni.
“Insyaallah staf kami tidak ada yang begitu, ada juga paling tanam singkong,” sambungnya.
Dalam kesempatan sama, Dirjen KSDAE Satyawan Pudyatmoko menjelaskan bahwa pihak Taman Nasional TNBTS membantu mengungkap area lahan yang ditanami ganja tersebut. Pihaknya menurunkan petugas, Polisi Hutan hingga Manggala Agni untuk mengecek lokasi dengan menggunakan drone.
“Itu kan sebenernya temuan pada bulan September 2024, waktu itu memang ada penyelidikan Polri yang menangkap tersangka yang punya ladang ganja tersebut, lalu kita dari Taman Nasional ini membantu mengungkapkan dimana ladang ganja itu,” kata Satyawan
Menurut Satyawan pihaknya membantu mendeteksi ladang ganja itu karena bisanya ganja ditanam di tempat-tempat yang relatif sulit untuk ditemukan.
“Sehingga kami menurunkan petugas termasuk Kepala Balai Taman Nasional waktu itu, Polhut, Masyarakat Mitra Polhut dan juga Manggala Agni yang ada di sana, semua turun ke lapangan dibantu dengan teknologi drone,” imbuhnya.
Halaman Selanjutnya
Raja Antoni menyebut penemuan area ladang ganja ini dilakukan dengan menggunakan drone dan pemetaan bersama pihak kepolisian hingga Polisi Hutan. Ia mengatakan hal ini sekaligus membantah isu yang mengaitkan penutupan TNBTS lantaran dengan adanya lahan ganja.