VIVA – Nama Suti Karno telah lama dikenal dalam jagat hiburan Tanah Air, khususnya berkat peran ikoniknya sebagai Atun dalam sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan. Namun, belakangan ini, kondisi kesehatan aktris senior tersebut santer menjadi perbincangan setelah ia menjalani operasi amputasi kaki sebagai imbas dari penyakit diabetes yang dideritanya.
Melalui sebuah wawancara, Suti Karno belum lama ini membeberkan perkembangan terbarunya pasca-tindakan medis tersebut. Ia mengungkapkan bahwa hingga kini, disiplin dalam menjalankan kontrol kesehatan rutin ke dokter adalah sebuah keharusan yang ia jalani secara konsisten.
"Saya selalu menyempatkan waktu untuk kontrol. Saya kontrol sebulan tiga kali. Itu ada jadwal. Jadi kalau jadwal kontrol saya, saya enggak terganggu juga. Harus," ujar Suti Karno saat ditemui di kawasan Tendean, Mampang Jakarta Selatan, belum lama ini.
Secara terbuka, ia menyatakan bahwa kondisi fisiknya berada dalam keadaan baik. Kendati demikian, ia menyadari sepenuhnya akan perubahan permanen yang telah terjadi pada tubuhnya.
"Kalau fisik saya alhamdulillah baik. Cuma kan saya sudah enggak punya kaki, kan enggak bisa numbuh kakinya," sambungnya.
Meskipun harus menghadapi kenyataan kehilangan salah satu anggota tubuh, adik kandung dari aktor sekaligus sutradara Rano Karno ini menunjukkan sikap yang luar biasa. Ia mengaku senantiasa menjaga rasa syukur dan memandang kondisi ini dari sudut pandang positif.
Bahkan, ia merasa pengalaman ini justru mempertajam empatinya terhadap sesama yang bernasib serupa atau mengalami kesulitan.
"Iya, bersyukur sekali kita harus bersyukur, selalu bersyukur. Bahwa ini tidak punya kaki, diamputasi. Kaki saya tidak memutuskan gerak saya. Walaupun tanpa kaki, tapi bergeraknya dengan hati," ungkapnya.
Sikap ini menunjukkan semangat pantang menyerah dan kematangan batin dalam menghadapi cobaan kesehatan.
Suti Karno juga tidak menutup-nutupi bahwa ia memanfaatkan fasilitas kesehatan dari pemerintah untuk keperluan pengobatannya. Ia mengakui bahwa dirinya adalah pengguna BPJS Kesehatan untuk membiayai serangkaian pemeriksaan dan perawatan rutinnya.
"Biasanya saya kontrol ada kemarin saya baru kontrol tanggal 23. Karena kan saya ada dokter syaraf, dokter penyakit dalam, sama dokter jantung. Jadi sebulan itu saya tiga. Tiga dokter pasti saya datang gitu. Tapi lain-lain hari ya. Kan pengguna juga BPJS. Gitu ya," jelasnya.
Intensitas kontrol tiga dokter spesialis dalam sebulan memperlihatkan betapa seriusnya ia menjaga stabilitas kesehatannya pasca-amputasi.
Salah satu hal yang menarik ia sampaikan adalah mengenai sensasi nyeri yang masih ia rasakan pada bagian kaki yang telah diamputasi, sebuah fenomena yang dikenal dalam dunia medis sebagai phantom limb pain. Suti mengaku sempat mempertanyakan hal ini kepada tim dokter.
"Jadi, kan saya juga mempertanyakan kepada dokter, 'Sampai kapan, Dok, masih terasa sakit?' Setiap orang beda-beda. Ada yang bisa hilang, ada yang enggak, gitu," tutur.
Ia pun menceritakan pengalamannya merasakan sakit tersebut dengan sedikit humor.
"Jadi, kadang-kadang saya merasa sakit, 'Lah, kaki gue enggak ada, apa yang mau dipegang?'," sambungnya.
Sensasi nyeri ini, menurut dokter, wajar dirasakan oleh para penyintas diabetes yang menjalani amputasi, dan tingkat hilangnya berbeda pada setiap individu.
Diabetes diketahui telah menjadi bagian dari hidup Suti Karno selama kurang lebih 18 tahun. Kondisi kronis inilah yang pada akhirnya menyebabkan kedua kakinya sempat membusuk dan mengharuskan tindakan amputasi dilakukan demi menyelamatkan nyawanya.
Kisah Suti Karno ini menjadi pengingat penting bagi publik mengenai bahaya dan dampak serius dari penyakit diabetes serta pentingnya kedisiplinan dalam menjaga kesehatan.
Halaman Selanjutnya
"Iya, bersyukur sekali kita harus bersyukur, selalu bersyukur. Bahwa ini tidak punya kaki, diamputasi. Kaki saya tidak memutuskan gerak saya. Walaupun tanpa kaki, tapi bergeraknya dengan hati," ungkapnya.

4 weeks ago
17









