Jakarta, VIVA – Isu otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi sorotan dunia kerja. Selama bertahun-tahun, banyak pihak membayangkan robot dan sistem AI akan langsung menggantikan pekerja pabrik dan posisi “lapangan” yang bersifat rutin.
Namun, realita terbaru menunjukkan tren yang berbeda. AI justru mulai menggerus pekerja kantoran lebih cepat daripada yang diperkirakan.
Perusahaan besar seperti Amazon menjadi contoh nyata bagaimana teknologi bisa merombak hierarki perusahaan. Langkah ini menimbulkan pertanyaan serius bagi pekerja white-collar atau kerah putih tentang bagaimana karier dan struktur organisasi akan berubah di era AI.
Belum lama ini, Amazon mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 14.000 karyawan kantoran, atau sekitar empat persen dari total pekerja white-collar, sebagai bagian dari restrukturisasi untuk mengurangi birokrasi dan menyederhanakan lapisan organisasi, menurut memo internal perusahaan.
Beth Galetti, senior vice president People Experience di Amazon, menyatakan pemangkasan ini bertujuan membuat perusahaan lebih ramping dan gesit seiring ekspansi investasi di generative AI. Dengan kata lain, algoritma diharapkan dapat menangani banyak fungsi koordinasi, pelaporan, dan pengambilan keputusan yang sebelumnya dilakukan oleh manajer manusia.
Dalam setahun terakhir, CEO Andy Jassy menegaskan transformasi Amazon. “Kita akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk melakukan beberapa pekerjaan yang saat ini sedang dilakukan,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari Fortune, Kamis, 30 Oktober 2025.
Menurut Jassy, AI dan alat-alat otomatisasi lainnya sudah membantu tim bergerak lebih cepat dan membuat keputusan lebih baik. Kini, logika ini bahkan menyebar di seluruh korporasi Amerika.
Sistem AI generatif menjadi mahir dalam tugas-tugas yang biasanya dilakukan middle management. Mulai dari menyusun pembaruan, membuat memo, memproduksi laporan status, dan merangkum hasil rapat.
Meski belum jelas apakah PHK ini sepenuhnya disebabkan AI, bagi eksekutif yang ingin meningkatkan produktivitas dengan biaya lebih rendah, menyederhanakan hierarki menjadi langkah yang menarik.
Ironisnya, Amazon, perusahaan yang terkenal dengan otomatisasi gudang dan robot sebagai simbol disrupsi pekerja blue-collar atau kerah biru, sekarang menunjukkan bahwa pekerja kantoran mungkin yang pertama merasakan dampak AI.
Halaman Selanjutnya
Analis Gartner memperkirakan bahwa pada 2026, satu dari lima organisasi akan menggunakan AI untuk memangkas setidaknya separuh lapisan manajemen mereka. Kondisi ini semakin menantang bagi pekerja muda yang tengah meniti karier.

3 weeks ago
12









