Jakarta, VIVA – Glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.
Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Scroll untuk informasi selengkapnya!
Konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics, DR. Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), mengungkapkan, glaukoma sendiri nyaris tanpa gejala, sehingga berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.
“80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining. Namun jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada. Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2x24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen,” jelas Dr Iwan saat memperingati World Glaucoma Week di Jakarta.
Berikut beberapa mitos-fakta yang sering berkembang di masyarakat seputar glaukoma.
Mitos: Glaukoma hanya menyerang orangtua
Fakta: Glaukoma dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak muda dan bahkan bayi yang lahir dengan glaukoma kongenital. Faktor risiko seperti riwayat keluarga dan penyakit tertentu seperti diabetes juga bisa meningkatkan kemungkinan terkena glaukoma lebih awal.
Mitos: Sering main gadget atau membaca dalam gelap menyebabkan glaukoma
Fakta: Penggunaan gadget dalam waktu lama memang bisa menyebabkan mata lelah, tetapi tidak secara langsung menyebabkan glaukoma. Penyakit ini lebih berkaitan dengan tekanan bola mata yang meningkat dan kerusakan saraf optik.
Mitos: Jika terkena glaukoma, pasti akan buta
Fakta: Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, banyak penderita glaukoma dapat mempertahankan penglihatannya selama bertahun-tahun. Pemeriksaan mata rutin adalah kunci utama untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma.
Mitos: Glaukoma bisa disembuhkan dengan obat herbal atau terapi alternatif
Fakta: Saat ini, belum ada obat herbal atau metode alternatif yang terbukti secara ilmiah bisa menyembuhkan glaukoma. Pengobatan yang dianjurkan oleh dokter, seperti obat tetes mata, laser, atau operasi, adalah langkah medis yang terbukti efektif dalam mengendalikan penyakit ini.
Mitos: Glaukoma bukan penyakit keturunan
Fakta: Glaukoma memiliki faktor genetik yang signifikan. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dengan glaukoma, risikonya untuk terkena penyakit ini menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, orang dengan riwayat keluarga glaukoma disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin.
Halaman Selanjutnya
Mitos: Sering main gadget atau membaca dalam gelap menyebabkan glaukomaFakta: Penggunaan gadget dalam waktu lama memang bisa menyebabkan mata lelah, tetapi tidak secara langsung menyebabkan glaukoma. Penyakit ini lebih berkaitan dengan tekanan bola mata yang meningkat dan kerusakan saraf optik.