Kamis, 17 April 2025 - 16:12 WIB
VIVA – Inisiasi Amerika Serikat (AS) untuk mendamaikan pertikaian antara Rusia dan Ukraina masih belum terealisasi. Faktanya, pasukan Vladimir Putin masih secara konsisten melancarkan serangan masif ke wilayah Ukraina, begitupun sebaliknya.
Yang terbaru, militer Rusia menggempur kota Sumy di Oblast (Provinsi) Sumy, Ukraina, Minggu 13 April 2025. Menggunakan dua rudal balistik berkemampuan nuklir 9K720 Iskander-M, pasukan Rusia menghabisi nyawa 34 orang dan melukai 117 lainnya.
Miris, serangan itu juga terjadi saat umat Kristiani di kota tersebut tengah merayakan Minggu Palma, momentum Yesus Kristus memasuki Yerusalem.
Insiden yang menjadi sorotan negara-negara di dunia, terutama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang kerap mendukung perlawanan Ukraina terhadap Rusia.
VIVA Militer: Kebakaran di kota Sumy akibat serangan rudal Rusia
Di sisi lain, Presiden AS, Donald Trump, sudah mengupayakan pertemuan antara delegasi kedua negara terkait kesepakatan perdamaian. Gencatan senjata yang menjadi hasil pertemuan, ternyata cuma hisapan jempol.
Terkait syarat perdamaian dengan Ukraina, Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), Sergey Naryshkin, akhirnya buka suara.
Menurut Naryshkin, perdamaian antara Rusia dengan Ukraina hanya bisa dicapai jika Amerika dan negara-negara Barat menghentikan dukungan persenjataan ke Kiev.
Selain itu, Naryshkin juga menegaskan bahwa perang hanya bisa diakhiri jika Ukraina mengurungkan niatnya bergabung dengan NATO dan memiliki senjaya nuklir. Yang terakhir, Ukraina juga harus mengakui perbatasan baru Rusia.
VIVA Militer: Pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF)
"Syarat-syarat perjanjian damai mencakup (hal tersebut). Tentu saja, status Ukraina yang netral dan non-nuklir, demiliterisasi dan denazifikasi negara Ukraina," ujar Naryshkin.
"Pencabutan semua undang-undang diskriminatif yang diadopsi setelah kudeta tahun 2014," katanya dilansir VIVA Militer dari Russia Today.
Ukraina di bawah kendali Presiden Volodymyr Zelenskyy secara resmi mengajukan permohonan untuk menjadi anggota NATO pada September 2022. Permohonan itu terjadi tujuh bulan setelah militer Rusia melancarkan agresi militer ke negara tersebut.
Halaman Selanjutnya
Menurut Naryshkin, perdamaian antara Rusia dengan Ukraina hanya bisa dicapai jika Amerika dan negara-negara Barat menghentikan dukungan persenjataan ke Kiev.