Minggu, 22 Juni 2025 - 22:38 WIB
VIVA – Dalam dunia olahraga prestasi, cedera bukan lagi sekadar risiko — melainkan kenyataan yang bisa menghambat performa bahkan mengakhiri karier atlet.
Ditambah fenomena FOMO (Fear of Missing Out) dalam tren olahraga masyarakat, semakin banyak orang — termasuk atlet amatir dan profesional — yang mengalami cedera karena latihan tanpa persiapan fisik yang tepat.
Merespons kebutuhan yang kian mendesak akan layanan fisioterapi yang profesional dan terjangkau, WM Center, salah satu klinik fisioterapi terpercaya di Indonesia, resmi membuka cabang kelimanya di Kota Wisata, Cibubur, Minggu 22 Juni 2025
“Banyak atlet datang ke kami dalam kondisi cedera karena mengabaikan aspek penting seperti pemanasan, teknik gerakan yang tepat, atau pemulihan setelah latihan.
Tak sedikit pula yang terdorong oleh FOMO — ingin cepat ikut tren, tapi tidak siap fisiknya,” ujar Windy Mayang, pendiri dan pemilik WM Center.
Peresmian WM Center Cibubur
FOMO dan Cedera: Kombinasi Berisiko
Fenomena FOMO di kalangan masyarakat urban membuat olahraga seperti padel, lari, dan gym menjadi tren. Sayangnya, banyak pelaku olahraga ini belum memahami risiko cedera karena teknik yang salah atau kondisi tubuh yang belum siap.
“Ambil contoh padel. Banyak yang bermain dengan teknik mirip bulutangkis, padahal sangat berbeda. Akhirnya banyak cedera di pergelangan tangan (wrist) dan siku (elbow),” jelas Windy.
Ia menambahkan, banyak pula orang yang mendadak aktif berolahraga setelah seharian duduk di depan layar selama 8 jam. Tanpa stretching atau adaptasi, hal ini dapat memicu cedera otot atau gangguan postur.
Fisioterapi Bukan Sekadar Rehabilitasi
Bagi atlet, fisioterapi tak hanya diperlukan saat cedera. Justru, pendekatan fisioterapi modern juga mencakup aspek preventif (pencegahan cedera) dan performance enhancement (peningkatan performa fisik).
“Fisioterapi itu ada empat pilar: promosi, preventif, rehabilitatif, dan kuratif. Sayangnya, orang baru datang saat cedera. Padahal, kami bisa bantu sejak awal: mengecek postur, biomekanik, hingga menentukan posisi terbaik dalam tim berdasarkan kekuatan otot dan karakter tubuh,” ungkap Windy.
Sebagai contoh, atlet dengan hamstring kuat bisa diarahkan menjadi bek, sementara yang punya akselerasi cepat cocok sebagai winger atau striker.
Menjawab Kebutuhan Komunitas Olahraga dan Atlet
Cabang baru WM Center di Cibubur berdiri di tengah kawasan yang tumbuh pesat dengan populasi aktif — mulai dari komunitas gym, pelari, pesepeda, hingga atlet sekolah dan perguruan tinggi. Klinik ini memiliki tiga lantai dan akan difungsikan juga sebagai training center bagi fisioterapis muda.
Layanan utamanya mencakup pemulihan cedera olahraga, nyeri muskuloskeletal, gangguan postur, stroke recovery, hingga fisioterapi anak (pediatrik).
Windy Mayang fisioterapi olahraga Indonesia
Salah satu teknik andalan adalah manual release, yaitu metode terapi manual untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan mengatasi nyeri kronis.
Seluruh tenaga profesional di WM Center merupakan fisioterapis bersertifikasi resmi, terdaftar di Kementerian Kesehatan RI, dengan latar belakang pendidikan minimal D3 hingga S2.
Fisioterapi untuk Masa Depan Atlet Lebih Baik
Dibandingkan lima tahun lalu, kesadaran akan pentingnya fisioterapi mulai meningkat, terutama di kalangan atlet muda. Meski demikian, Windy menyebut baru sekitar 20% masyarakat yang memahami pentingnya fisioterapi secara preventif.
“Dengan adanya WM Center Cibubur, kami berharap bukan hanya masyarakat umum, tapi juga atlet muda bisa punya akses ke layanan pemulihan dan pencegahan yang baik. Ini penting untuk masa depan mereka di dunia olahraga,” tegasnya.
Setelah Cibubur, WM Center berencana membuka cabang keenam di Kebayoran, Jakarta Selatan, untuk memperluas akses layanan ke wilayah selatan ibu kota.
Halaman Selanjutnya
“Ambil contoh padel. Banyak yang bermain dengan teknik mirip bulutangkis, padahal sangat berbeda. Akhirnya banyak cedera di pergelangan tangan (wrist) dan siku (elbow),” jelas Windy.