Cinta Laura Soroti Dampak Penambangan Nikel di Raja Ampat

6 hours ago 1

Senin, 9 Juni 2025 - 17:51 WIB

VIVA – Cinta Laura Kiehl kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan, kali ini dengan lantang menolak praktik penambangan nikel yang disebut telah merusak ekosistem alam di Raja Ampat, Papua. Lewat unggahan kritis di media sosial, Cinta menyuarakan penolakannya terhadap kegiatan tambang yang dianggap mengancam tanah adat dan keberlanjutan lingkungan di wilayah timur Indonesia tersebut.

Dalam sebuah video bertajuk Apakah Tuhan Masih di Sini, Cinta menampilkan ratapan seorang anak Papua yang menyuarakan keresahan masyarakat atas dampak nyata dari penambangan di tanah leluhur mereka.

“Kami tak mengerti, mengapa tambang boleh masuk ke tanah adat, ke tempat yang disucikan oleh leluhur kami,” ucap sang anak dalam video.

Anak tersebut juga mempertanyakan nilai dari pembangunan yang dijanjikan oleh negara, yang justru menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah.

“Mereka katakan itu sah, mereka katakan itu demi masa depan. Tapi, apakah masa depan harus dibangun di atas kehancuran masa kini?” ungkapnya lirih.

Ia menggambarkan kondisi nyata di wilayah terdampak tambang: “Kami melihat sendiri bagaimana pohon ditebang, air berubah hitam, langit berubah berdebu.”

Kekhawatiran ini turut diperkuat oleh organisasi lingkungan Greenpeace. Dalam unggahan di akun Instagram mereka, Greenpeace menyebut bahwa keindahan alam Indonesia, termasuk Raja Ampat yang dijuluki The Last Paradise, mulai terkikis akibat kepentingan jangka pendek yang dijalankan oleh segelintir pihak.

Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah,” tulis Greenpeace.

Greenpeace menyoroti bahwa sebelum merambah Raja Ampat, hilirisasi nikel telah meninggalkan kerusakan serius di berbagai wilayah seperti Sulawesi dan Maluku. Mereka juga mengungkap bahwa PT Antam terlibat dalam aktivitas pertambangan nikel yang berdampak pada kerusakan alam di Raja Ampat. Oleh karena itu, Greenpeace menuntut pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas.

Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi,” tegas Greenpeace.

Kritik ini memantik reaksi publik luas, termasuk dari sejumlah figur publik. Cinta Laura secara terang-terangan mengungkap rasa frustrasinya terhadap narasi pemerintah yang kerap membenarkan eksploitasi sumber daya alam dengan dalih kemajuan bangsa.

Capek denger, 'Ini demi kemajuan bangsa', tapi yang maju cuma segelintir elite. Yang mundur, rakyat kecil yang kehilangan tanah, air, dan masa depan,” tulisnya dalam unggahan pada Minggu, 8 Juni 2025.

Senada dengan Cinta, musisi dan aktivis Melanie Subono juga angkat bicara. Ia mengajak masyarakat untuk sadar dan bergerak menghentikan eksploitasi tanah Papua.

“Papua bukan tanah kosong, Indonesia bukan tanah tanpa penduduk,” tegasnya.

Melanie juga menyebut bahwa isu tambang di Raja Ampat hanyalah satu dari banyak persoalan eksploitasi di Papua yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

“Ada tambang, perampasan lahan, hutan adat dialih fungsi tidak sesuai caranya, itu sama saja,” imbuhnya.

Di sisi lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia, sebelumnya menepis kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa pertambangan nikel tidak berada di kawasan wisata Raja Ampat dan mendapatkan dukungan dari masyarakat lokal. Namun, menyusul meningkatnya tekanan publik dan gelombang protes yang makin besar, pemerintah akhirnya menghentikan sementara izin tambang nikel di kawasan tersebut.

Halaman Selanjutnya

“Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah,” tulis Greenpeace.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |