Jakarta, VIVA – Bukan hanya bursa saham yang kena dampak, aset kripto seperti Bitcoin juga ikut merosot. Penyebabnya adalah keputusan Presiden AS Donald Trump yang resmi menaikkan tarif impor pada sejumlah negara.
Termasuk, kenaikan tarif terhadap produk China hingga 104 persen per 9 April. Langkah ini memicu kepanikan di pasar, dan membuat banyak investor menarik diri dari aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Harga Bitcoin hari ini, Rabu, 9 April 2025, tercatat berada di level USD75.673 atau setara Rp 1,28 miliar (kurs Rp16.970), posisi terendah dalam lima bulan terakhir. Tekanan ini muncul seiring dengan jatuhnya indeks saham S&P 500 yang ditutup melemah 1,6 persen pada 8 April, setelah sempat naik 4 persen di awal perdagangan.
Melansir dari Cointelegraph, sinyal negatif ini muncul usai penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, menegaskan bahwa tarif tersebut bukan untuk dinegosiasikan. Sontak, pelaku pasar yang berharap akan adanya kesepakatan damai dagang pun gigit jari.
Presiden AS Donald Trump berlakukan tarif masuk barang impor ke AS
Photo :
- AP Photo/Mark Schiefelbein
Dalam pertemuan bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada 7 April, Trump menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengatur ulang meja perundingan perdagangan. Dia juga menyebutkan bahwa tarif bisa bersifat permanen, namun tetap terbuka ruang negosiasi karena ada hal-hal yang dibutuhkan selain tarif.
Situasi ini tak hanya menunda sejumlah aksi korporasi seperti IPO dan merger, tetapi juga menghentikan sementara penawaran surat utang dan pinjaman berbunga tinggi.
Meski begitu, beberapa analis melihat potensi pemulihan harga Bitcoin, terutama karena masalah utang Amerika yang terus membengkak. Dalam sepekan terakhir, indeks S&P 500 anjlok 14,7 persen, yang mendorong para investor mempertimbangkan Bitcoin sebagai aset lindung nilai dari pelemahan dolar AS.
Suku bunga obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,28 persen pada 8 April, dari sebelumnya sempat menyentuh 3,90 persen sehari sebelumnya. Kenaikan ini menandakan investor mulai meminta imbal hasil lebih tinggi untuk menahan aset tersebut.
Indeks Dolar AS (DXY) juga turun ke level 103,0 pada 8 April dari 104,2 pada 31 Maret, menandakan pelemahan mata uang tersebut. Analis memprediksi, ini membuka peluang bagi Bitcoin untuk kembali menguat.
Halaman Selanjutnya
Meski begitu, beberapa analis melihat potensi pemulihan harga Bitcoin, terutama karena masalah utang Amerika yang terus membengkak. Dalam sepekan terakhir, indeks S&P 500 anjlok 14,7 persen, yang mendorong para investor mempertimbangkan Bitcoin sebagai aset lindung nilai dari pelemahan dolar AS.