Jakarta, VIVA – Akhirnya, usai mengalami volatilitas tinggi dalam beberapa minggu terakhir, harga Bitcoin hari ini menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Sebagaimana diketahui, pergerakan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran investor terhadap kebijakan ekonomi Amerika Serikat, khususnya terkait tarif perdagangan dan potensi perlambatan ekonomi.
Namun, di sisi lain, data inflasi terbaru yang lebih rendah dari perkiraan, memberikan sedikit angin segar bagi pasar aset berisiko, termasuk kripto.
Bitcoin sendiri sempat mengalami tekanan jual akibat ketidakpastian ekonomi global, namun kini tampaknya mulai pulih. Meski demikian, para analis masih melihat adanya faktor-faktor yang dapat memengaruhi pergerakan harga dalam waktu dekat.
Apakah ini pertanda bahwa Bitcoin akan kembali menguat, atau justru hanya jeda sebelum volatilitas berikutnya?
Melansir dari Investing, pada Rabu, 12 Maret 2025, harga Bitcoin naik 1% menjadi USD82.089 atau sekitar Rp1,35 miliar. Kenaikan ini terjadi setelah data inflasi Amerika Serikat bulan Februari lebih rendah dari ekspektasi.
Data ini meningkatkan optimisme bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang biasanya menjadi sentimen positif bagi pasar kripto. Meski ada kenaikan, pasar kripto secara keseluruhan masih dalam kondisi yang cukup lemah usai mengalami penurunan signifikan dalam dua minggu terakhir.
Tampaknya, masih banyak investor yang tetap berhati-hati, karena ketidakpastian kebijakan ekonomi, terutama terkait tarif perdagangan yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Ketidakpastian ekonomi ini semakin meningkat setelah Trump menerapkan tarif impor sebesar 25% untuk baja dan aluminium, yang mendapat respons tegas dari Uni Eropa dan Kanada.
"Tarif ini menambah kekhawatiran bahwa inflasi di AS bisa kembali naik dalam beberapa bulan ke depan, meskipun data terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga," demikian dikutip dari Investing, Kamis, 13 Maret 2025.
Lebih lanjut, investor kripto juga tidak terlalu terpengaruh oleh pengumuman Trump terkait cadangan Bitcoin pemerintah. Pasar, justru merespons dingin karena cadangan tersebut tidak melibatkan pembelian Bitcoin baru, melainkan hanya pengelolaan aset yang sudah ada. Hal ini membuat spekulasi bahwa langkah tersebut tidak akan berdampak besar pada harga Bitcoin dalam waktu dekat.
Selain Bitcoin, pergerakan harga altcoin juga terpantau beragam. Ethereum (ETH), sebagai kripto terbesar kedua di dunia, turun 1,4% ke USD1.878 atau sekitar Rp30,8 juta. Kinerja Ethereum yang lesu ini disebabkan oleh keterlambatan dalam upgrade besar yang seharusnya membawa peningkatan efisiensi jaringan.
Di sisi lain, beberapa altcoin seperti XRP, Cardano (ADA), dan Solana (SOL) mengalami kenaikan antara 1% hingga 5%. Sementara itu, Dogecoin (DOGE), salah satu koin meme populer, naik lebih dari 4%, dan token bertema politik seperti $TRUMP turun 0,1%.
Hari ini, Kamis, 13 Maret 2025, harga Bitcoin masih berada di kisaran USD82.000 atau sekitar Rp1,35 miliar. Artinya, meskipun Bitcoin mulai stabil, tapi masih banyak faktor yang bisa memengaruhi pergerakan harga ke depan.
Data inflasi yang lebih rendah memang memberikan harapan bagi pasar kripto, tetapi ketidakpastian akibat kebijakan tarif AS tetap menjadi ancaman. Investor disarankan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.
Halaman Selanjutnya
"Tarif ini menambah kekhawatiran bahwa inflasi di AS bisa kembali naik dalam beberapa bulan ke depan, meskipun data terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga," demikian dikutip dari Investing, Kamis, 13 Maret 2025.