London, VIVA – Stamford Bridge kembali menyambut sosok yang pernah mengukir sejarah besar, Jose Mourinho. Namun kali ini, pria asal Portugal itu datang bukan sebagai pelatih Chelsea, melainkan menakhodai Benfica yang akan bertemu The Blues dalam laga Liga Champions.
Mourinho, yang baru ditunjuk Benfica pada 18 September lalu, akan menjalani laga kedelapan sebagai pelatih baru klub asal Lisbon itu. Meski hadir sebagai lawan, rasa cintanya pada Chelsea tak bisa disembunyikan.
“Tentu saja saya akan selalu jadi seorang Blue. Saya bagian dari sejarah mereka dan mereka bagian dari sejarah saya. Saya membantu Chelsea menjadi lebih besar, dan mereka membantu saya menjadi Jose Mourinho yang lebih besar,” kata Mourinho dilansir Sky Sports, dalam konferensi pers di Ted Drake Suite, ruangan di Stamford Bridge yang dindingnya dipenuhi foto-foto dirinya saat mengangkat trofi Premier League.
Ikatan yang Tak Pernah Pudar
Meski pernah dua kali berpisah secara pahit karena dipecat pemilik lama Roman Abramovich, Mourinho tetap dianggap manajer tersukses dalam sejarah Chelsea. Tiga gelar Premier League, Piala FA, dan sejumlah trofi domestik lainnya menjadi warisan yang tak tergantikan.
Bagi Mourinho, Stamford Bridge bukan sekadar stadion, melainkan rumah. “Saya tinggal lima menit dari sini, anak saya sering datang ke stadion. Rasanya benar-benar berbeda sekarang – dulu ada masa penuh kekecewaan dan keraguan, tapi kini masa penuh kebahagiaan dan kepercayaan,” ucapnya.
Chelsea yang Kini Lebih Solid
Dalam kesempatan itu, Mourinho juga menyinggung periode sulit Chelsea beberapa musim terakhir. Ia mengakui sempat ragu apakah klub yang dicintainya itu kehilangan identitas. Namun, kehadiran manajemen baru dan keberhasilan musim lalu membuatnya kembali percaya.
“Ada masa sedih di mana saya sendiri bertanya-tanya apakah Chelsea kehilangan identitasnya. Tapi apa yang terjadi musim lalu membuat segalanya kembali ke jalur. Mereka memberi kepercayaan kepada Enzo, dia membawa ide-ide segar dan cocok dengan filosofi klub,” ungkap Mourinho.
Ia pun menyoroti pencapaian Chelsea di pentas internasional. “Liga Konferensi mungkin dianggap kompetisi mudah bagi klub besar – saya juga pernah memenanginya dengan Roma. Lalu Piala Dunia Antarklub, meski orang bilang Liga Champions lebih penting, tetapi lencana itu di jersey sangat berarti. Itu pertama kali klub memenangkannya,” ujarnya.
Malam Emosional di Bridge
Bagi Mourinho, laga Benfica kontra Chelsea akan menjadi lebih dari sekadar duel Liga Champions. Ini adalah malam emosional, reuni antara legenda dan rumah lamanya.
Meski menegaskan bahwa tugas profesionalnya adalah membawa Benfica meraih hasil maksimal, Mourinho tidak ragu menyatakan hatinya tetap tertambat di London Barat.
“Ketika saya bilang saya bukan lagi seorang Blue, itu hanya untuk pekerjaan saya besok. Tapi kenyataannya, saya akan selalu menjadi bagian dari Chelsea,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Dalam kesempatan itu, Mourinho juga menyinggung periode sulit Chelsea beberapa musim terakhir. Ia mengakui sempat ragu apakah klub yang dicintainya itu kehilangan identitas. Namun, kehadiran manajemen baru dan keberhasilan musim lalu membuatnya kembali percaya.

3 weeks ago
12









