Kemenkeu: PMI Manufaktur RI Maret 2025 Ekspansif Didorong Peningkatan Permintaan

1 week ago 3

Rabu, 9 April 2025 - 10:24 WIB

Jakarta, 8 April 2025 – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2025 tercatat pada level 52,4, atau melanjutkan tren ekspansif sejak Desember 2024. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan ekpasnsifnya manufaktur Indonesia ini didorong oleh peningkatan permintaan domestik selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

“Aktivitas manufaktur yang terus ekspansif didorong pertumbuhan produksi yang berlanjut dalam beberapa bulan terakhir, baik akibat peningkatan permintaan domestik selama bulan Ramadan dan Idul Fitri maupun permintaan ekspor. Selain itu, optimisme terhadap prospek ekonomi ke depan juga menjadi pendorong,” ujar Febrio dalam keterangannya Rabu, 9 April 2025.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu.

Febrio menjelaskan, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok sebesar 51,2, India 58,1, dan Amerika Serikat 50,2 juga mencatat ekspansi manufaktur. Kondisi ini memperkuat posisi Indonesia yang tetap stabil dan kompetitif di kawasan, di samping memperkuat permintaan ekspor dari negara-negara mitra utama tersebut. 

"Kinerja ini memberikan sinyal positif bagi prospek sektor manufaktur nasional ke depan dalam menghadapi dinamika perdagangan global yang diwarnai perang tarif," jelasnya.

Dari sisi konsumen, ketahanan ekonomi tercermin dari indikator konsumsi yang masih berada pada level optimis. Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 tercatat sebesar 126,4, menunjukkan peningkatan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi baik saat ini maupun prospeknya ke depan. 

Selain itu, Indeks Penjualan Ritel (IPR) juga mencatat pertumbuhan sebesar 0,5 persen year on year (yoy), terutama didorong oleh lonjakan penjualan suku cadang dan aksesori otomotif, menjadi sinyal bagi daya beli masyarakat yang tetap terjaga. Perkembangan ini memperkuat harapan bahwa konsumsi domestik masih dapat menjadi kontributor bagi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025. 

Febrio menegaskan, pemerintah terus berkomitmen menjaga stabilitas harga dan mempertahankan kepercayaan konsumen melalui berbagai langkah kebijakan yang kredibel, agar konsumsi masyarakat terus konsisten menopang ekonomi.

Sementara itu, berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik mendorong inflasi Indonesia pada Maret 2025 ke level 1,03 persen secara yoy dibandingkan Februari yang mengalami deflasi 0,09 persen. Kendati meningkat, inflasi pada bulan yang bersamaan dengan momentum Ramadhan dan Idulfitri tersebut, masih berada pada level yang terkendali didukung oleh terjaganya harga pangan di masa Ramadan dan Idul FItri.

Berdasarkan komponen, inflasi inti tercatat stabil pada level 2,48 persen yoy. Sebagian besar kelompok pengeluaran meningkat, terutama kelompok pakaian dan alas kaki seiring meningkatnya permintaan jelang Idulfitri. Inflasi pangan bergejolak tercatat sebesar 0,37 persen yang didorong oleh penurunan harga beras dan produk unggas. 

Meskipun demikian, beberapa komoditas pangan tercatat meningkat secara bulan ke bulan karena peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri.

Di sisi lain, komponen harga diatur Pemerintah tercatat masih mengalami deflasi sebesar 3,16 persen yoy, lebih rendah dari angka deflasi Februari 2025. Hal ini dipengaruhi oleh berakhirnya tarif diskon listrik di bulan Maret dan terjadinya inflasi tarif angkutan antarkota di masa mudik. Sementara, upaya kebijakan PPN DTP tiket pesawat menyebabkan terjadinya deflasi secara bulan ke bulan pada tarif angkutan udara.

“Inflasi Maret 2025 terus dijaga agar terkendali, khususnya untuk harga pangan agar tetap stabil di masa Ramadan dan Idulfitri. Selain itu, berbagai insentif yang diberikan seperti diskon tarif tol dan PPN DTP Tiket Pesawat di masa HBKN Ramadan dan Idulfitri berkontribusi menahan kenaikan inflasi, sehingga diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2025,” jelasnya.

Ke depan, Pemerintah akan terus konsisten dalam menerapkan kebijakan untuk menjaga angka inflasi agar berada dalam rentang sasaran inflasi, utamanya inflasi pangan melalui koordinasi TPIP dan TPID. Stabilitas harga bahan pangan pokok seperti beras terus diupayakan dengan menjaga dan melakukan pengawasan stok pangan, termasuk dalam menjaga target penyerapan gabah/beras di masa panen raya dalam mewujudkan cita-cita ketahanan pangan.

Halaman Selanjutnya

Sementara itu, berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik mendorong inflasi Indonesia pada Maret 2025 ke level 1,03 persen secara yoy dibandingkan Februari yang mengalami deflasi 0,09 persen. Kendati meningkat, inflasi pada bulan yang bersamaan dengan momentum Ramadhan dan Idulfitri tersebut, masih berada pada level yang terkendali didukung oleh terjaganya harga pangan di masa Ramadan dan Idul FItri.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |