Jakarta, VIVA – Food vlogger terkenal, William Anderson alias Codeblu, tengah menghadapi ujian berat dalam kariernya. Perseteruannya dengan pemilik Clairmont Patisserie semakin meruncing setelah ia dilaporkan atas dugaan pencemaran nama baik di Polres Metro Jakarta Selatan.
Codeblu telah menjalani pemeriksaan sebagai terlapor pada Selasa, 11 Maret 2025. Ia mengungkapkan bahwa dirinya dimintai keterangan terkait kronologi peristiwa yang berujung pada laporan hukum tersebut. Scroll lebih lanjut ya.
"Saya ditanya dari awal sampai akhir bagaimana kejadiannya," ujar Codeblu usai pemeriksaan dan dikutip dari salah satu tayangan YouTube.
Tak hanya dugaan pencemaran nama baik, Codeblu juga menghadapi tuduhan pemerasan terhadap Clairmont Patisserie. Isu yang beredar di media sosial menyebut bahwa ia meminta uang senilai Rp350 hingga Rp600 juta untuk mengubah ulasan negatifnya terhadap toko kue tersebut.
Namun, Codeblu membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa yang terjadi adalah penawaran kerja sama, bukan pemerasan.
"Tidak ada pemerasan. Itu adalah kesepakatan kerja sama," jelasnya.
Codeblu mengungkap bahwa sebelum konflik ini mencuat, dirinya dan Clairmont Patisserie sempat berencana untuk berkolaborasi dalam pembuatan konten promosi. Paket kerja sama yang ia tawarkan mencakup lima tahapan produksi dengan total delapan unggahan konten, dengan biaya sebesar Rp350 juta.
"Saya akan membuat delapan konten, dan saya meminta fee sebesar Rp350 juta. Hanya itu, tapi kemudian malah dianggap pemerasan," terang Codeblu.
Namun, klarifikasi yang disampaikan tampaknya belum cukup untuk meredakan kontroversi. Publik masih mengecamnya, bahkan beberapa pemilik usaha makanan mulai melakukan aksi boikot terhadapnya. Mereka khawatir jika bisnis mereka juga mengalami hal serupa dengan Clairmont Patisserie. Menanggapi boikot ini, Codeblu mengaku terkejut dan sedih.
"Ya, tentu saya merasa sedih dan kaget," ungkapnya.
Ia tidak menyangka dampak dari tuduhan terhadapnya bisa sebesar ini.
"Saya tidak menyangka efeknya bisa sampai sebesar ini," keluhnya.
Kendati demikian, ia memilih untuk menerima situasi ini dan tidak ingin memaksa pihak mana pun untuk bekerja sama dengannya.
"Kalau memang saya tidak diterima di restoran-restoran tersebut, saya tidak akan memaksa," kata Codeblu.
Meski dihujani kritik, ia menegaskan tidak akan berhenti menjadi food reviewer. Ia juga menyatakan bahwa cara penilaiannya yang berbeda seharusnya tidak menjadi masalah besar.
"Masa kalau kita punya selera berbeda, punya cara menilai makanan yang berbeda, kita jadi tidak boleh review? Semua orang boleh review," ucapnya.
Codeblu juga mengimbau masyarakat yang tidak menyukai ulasannya untuk tidak menontonnya.
"Kalau tidak suka dengan review saya, ya tidak masalah. Itu kan subjektif. Kenapa jadi tidak boleh review?" lanjutnya.
Namun, ia mengakui bahwa ada beberapa aspek dalam cara ia menyampaikan ulasan yang perlu diperbaiki.
"Saya harus memperbaiki cara kerja saya. Ada beberapa hal yang ternyata menimbulkan kontroversi dan itu tidak baik," ujarnya.
Konflik antara Codeblu dan Clairmont Patisserie bermula sejak 15 November 2024, ketika ia mengunggah video yang menuding sebuah toko kue mengirim produk berjamur ke panti asuhan dalam program Corporate Social Responsibility (CSR). Meski tidak menyebut nama secara langsung, banyak pihak yang mengaitkannya dengan Clairmont Patisserie.
Pada 17 November 2024, Clairmont Patisserie merespons dengan pernyataan resmi yang membantah tuduhan tersebut. Mereka menegaskan bahwa semua produk yang mereka distribusikan telah melalui kontrol kualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Namun, pada Januari 2025, Codeblu kembali mengunggah video dengan tuduhan serupa setelah menerima laporan dari beberapa orang. Konflik semakin memanas hingga Februari 2025, ketika Clairmont Patisserie mengeluarkan berbagai bukti untuk membantah tuduhannya, yang akhirnya berujung pada permintaan maaf dari Codeblu.
Halaman Selanjutnya
Codeblu mengungkap bahwa sebelum konflik ini mencuat, dirinya dan Clairmont Patisserie sempat berencana untuk berkolaborasi dalam pembuatan konten promosi. Paket kerja sama yang ia tawarkan mencakup lima tahapan produksi dengan total delapan unggahan konten, dengan biaya sebesar Rp350 juta.