Surabaya, VIVA – Surabaya pada tahun lalu menempati peringkat ke-4 sebagai kota termacet di Indonesia versi TomTom Traffic Index. Posisi ini menempatkan Surabaya tepat di bawah Palembang, Medan, dan Bandung dalam urusan kepadatan lalu lintas.
Berdasarkan data terbaru yang diperbarui dan dilihat VIVA Otomotif pada 9 Juli 2025, tingkat kemacetan di Surabaya mencapai 40 persen. Angka ini tercatat 10 persen lebih tinggi dibandingkan biasanya di waktu yang sama.
Rata-rata waktu tempuh per 10 kilometer di Surabaya saat ini adalah 25 menit 50 detik. Ini berarti pengendara membutuhkan waktu 1 menit 50 detik lebih lama dibandingkan kondisi normal.
Kecepatan rata-rata kendaraan hanya mencapai 23,2 km/jam, atau 18 km/jam lebih lambat dari biasanya. Ini menunjukkan tingginya tingkat perlambatan yang terjadi akibat kemacetan.
Tercatat ada 21 titik kemacetan di seluruh wilayah kota, dengan total panjang antrean mencapai 10,6 kilometer. Kondisi ini mengindikasikan penyebaran kemacetan yang cukup luas di berbagai ruas jalan utama.
Data grafik mingguan menunjukkan bahwa puncak kemacetan terjadi setiap hari kerja sekitar pukul 8 pagi dan 5 sore. Pada jam-jam ini, tingkat kemacetan melonjak hingga mendekati 70%.
Kecepatan kendaraan pun merosot tajam di jam sibuk tersebut, bahkan turun hingga di bawah 20 km/jam. Arus lalu lintas menjadi sangat padat terutama di area pusat kota dan jalan-jalan utama.
Jika dibandingkan dengan tahun 2023, rata-rata waktu tempuh di Surabaya naik sebesar 10 detik per 10 kilometer. Meski terlihat kecil, kenaikan ini cukup signifikan dalam konteks manajemen lalu lintas kota besar.
Secara keseluruhan, warga Surabaya menghabiskan sekitar 76 jam dalam kemacetan selama jam sibuk per tahun. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan Jakarta atau Bandung, namun tetap menjadi perhatian.
Jakarta Selalu Macet di Jam Segini
Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia.
VIVA.co.id
8 Juli 2025