Negosiasi Tarif dengan AS Hampir Deadline, Airlangga Tawarkan Investasi Sektor Ini

5 hours ago 3

Senin, 30 Juni 2025 - 15:58 WIB

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sampai saat ini pemerintah masih terus melakukan negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS), jelang deadline penundaan tarif resiprokal yang sebelumnya telah ditetapkan Presiden AS, Donald Trump, pada 8-9 Juli 2025 mendatang.

Bahkan, Airlangga mengaku jika pemerintah Indonesia juga telah memberikan penawaran kedua (second offer) kepada AS, dan menyiagakan tim negosiasi di Washington DC guna merespons hal-hal yang memerlukan penanganan cepat.

"Jadi kita sudah memberikan penawaran dan ini sudah diterima oleh AS. Kita sudah bicara juga dengan USTR Secretary of Commerce dan Secretary of Treasury," kata Airlangga di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, 30 Juni 2025.

"Tim negosiasi Indonesia juga standby di Washington. Jadi kalau ada perubahan, ada hal detail lagi yang diperlukan klarifikasi atau apa, kita bisa segera merespons," ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, 30 Juni 2025

Photo :

  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Airlangga mengatakan bahwa salah satu yang ditawarkan Indonesia ke AS adalah investasi di sektor critical mineral atau mineral penting, yang nantinya akan turut melibatkan Danantara dalam prosesnya. Hal itu seiring komitmen yang telah diutarakan oleh Pemerintah Indonesia sebelumnya kepada Pemerintah AS, untuk mengimpor sejumlah komoditas dari Negeri Paman Sam tersebut.

"Indonesia sendiri juga sudah mengatakan bahwa kebutuhan Indonesia untuk energi dan agrikultur itu sebagian juga akan diambil dari AS," kata Airlangga.

Dia menjelaskan, sejumlah mineral penting tersebut misalnya seperti tembaga (copper), nikel, dan komoditas penting lainnya, yang dibutuhkan untuk industri kendaraan listrik (EV), peralatan militer, elektronik, hingga antariksa. Investasi yang ditawarkan RI kepada AS ini menurut Airlangga bersifat brownfield, yaitu pada proyek-proyek eksisting yang sudah berjalan di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

Photo :

  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Di mana salah satunya yang telah berlangsung lama yakni seperti kepemilikan di Freeport sejak 1967, yang menjadi sumber utama tembaga dunia. "Karena ke depan critical mineral kan untuk industri ekosistem elektronik, industri peralatan militer dan juga angkasa luar. Semuanya butuh kabel, semuanya butuh copper, kita sudah punya copper," ujar Airlangga.

Namun, Airlangga mengaku bahwa proyek-proyek spesifik terkait investasi mineral penting ini, masih dibahas secara tertutup bersama otoritas AS karena terikat perjanjian non-disclosure.

"Ini bagi AS cukup menarik, tawaran Indonesia ini cukup menarik. Proyek spesifiknya nanti dalam pembicaraan dengan AS," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Dia menjelaskan, sejumlah mineral penting tersebut misalnya seperti tembaga (copper), nikel, dan komoditas penting lainnya, yang dibutuhkan untuk industri kendaraan listrik (EV), peralatan militer, elektronik, hingga antariksa. Investasi yang ditawarkan RI kepada AS ini menurut Airlangga bersifat brownfield, yaitu pada proyek-proyek eksisting yang sudah berjalan di Indonesia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |