NVidia Butuh China

6 hours ago 2

Rabu, 16 Juli 2025 - 18:06 WIB

Jakarta, VIVA – Produsen chipset asal Amerika Serikat (AS), NVidia, berencana untuk melanjutkan penjualan produknya yang berbasis kecerdasan buatan (AI) ke China yang telah menjadi bagian dari perlombaan global yang mempertemukan negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Pengumuman tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Eksekutif NVidia, Jensen Huang, usai bertemu Presiden Donald Trump di Gedung Putih, Washington DC.

Ia berpendapat bahwa pembatasan penjualan teknologi AS ke China justru dapat membahayakan posisi Paman Sam sebagai pemimpin AI global.

"Pembatasan juga menyebabkan kerugian pendapatan miliaran dolar AS," tegas Huang, seperti dikutip dari situs CNN, Rabu, 16 Juli 2025.

Sementara AMD, produsen chipset besar lainnya, mengaku berencana untuk memulai kembali penjualan produk berbasis AI mereka ke negeri Tirai Bambu.

"Kami baru-baru ini diberitahu oleh Departemen Perdagangan bahwa permohonan lisensi untuk mengekspor produk MI308 ke China akan dilanjutkan untuk ditinjau. Kami berencana untuk melanjutkan pengiriman setelah lisensi disetujui. Kami mengapresiasi kemajuan yang dicapai oleh Pemerintahan Trump dalam memajukan negosiasi perdagangan dan komitmennya terhadap kepemimpinan AI AS," demikian menurut keterangan resmi AMD.

Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Namun, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan bahwa kontrol ekspor Nvidia telah menjadi "alat negosiasi" dalam perundingan dagang AS-China yang lebih besar, di mana kedua negara telah membuat kesepakatan untuk menurunkan tarif yang dikenakan satu sama lain.

Sedangkan, Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan bahwa dimulainya kembali penjualan chipset AI NVidia ke China merupakan bagian dari perjanjian dagang dengan Beijing terkait logam tanah jarang (rear earth minerals).

Kendali China terhadap ekspor tanah jarang menjadi fokus utama dalam perundingan dagang antara Beijing dan Washington di London, Inggris, bulan lalu.

Sebagai imbalan atas peningkatan pengiriman sumber daya penting tersebut, AS juga setuju untuk mencabut pembatasan ekspor perangkat lunak perancangan mikrochip, etana, dan mesin jet.

NVidia adalah perusahaan paling berharga di dunia, dan minggu lalu menjadi perusahaan publik pertama yang mencapai valuasi US$4 triliun, berkat perannya di pasar kecerdasan buatan.

Chip perusahaan digunakan untuk mendukung berbagai teknologi, mulai dari chatbot AI hingga robotika dan mobil self-driving.

NVidia merilis chipset H20 tahun lalu sebagai cara untuk mempertahankan akses ke pasar China — yang mencakup 13 persen dari penjualan perusahaan pada 2024 — dalam menghadapi kontrol ekspor AS yang ketat.

Namun, pada April 2025, Gedung Putih memberi tahu perusahaan bahwa mereka memerlukan lisensi khusus untuk mengekspor H20 ke China, yang memaksa perusahaan untuk menghentikan penjualan. H20 secara luas diyakini telah berkontribusi pada DeepSeek – model AI canggih China.

"Agar Amerika menjadi pemimpin dunia, sama seperti kita ingin dunia dibangun di atas dolar AS, menggunakan dolar AS sebagai standar global, kita ingin teknologi Amerika menjadi standar global. Kami mencintai internet yang diciptakan oleh teknologi Amerika dan dibangun di atas teknologi Amerika, jadi kita harus terus bercita-cita untuk itu," klaim Jensen Huang.

Produsen chipset tersebut mengatakan pada Mei 2025 bahwa mereka kehilangan pendapatan tambahan sebesar US$2,5 miliar yang seharusnya berasal dari penjualan H20 ke China selama kuartal pertama tahun ini, dan memperkirakan kerugian pendapatan sebesar US$8 miliar lagi selama kuartal kedua.

Halaman Selanjutnya

Sebagai imbalan atas peningkatan pengiriman sumber daya penting tersebut, AS juga setuju untuk mencabut pembatasan ekspor perangkat lunak perancangan mikrochip, etana, dan mesin jet.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |