Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Pemerintah Genjot Solusi Atasi Krisis Sampah Plastik

1 day ago 4

Rabu, 4 Juni 2025 - 05:45 WIB

VIVA –  Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh setiap 5 Juni menjadi momen penting untuk menyoroti krisis sampah plastik yang kian mengkhawatirkan.

Plastik yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kemasan hingga peralatan rumah tangga, sebagian besar akhirnya menjadi limbah yang sulit terurai selama ratusan tahun. Dampaknya mencemari tanah dan air, serta membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem.

Indonesia sendiri termasuk salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Sayangnya, pengelolaan sampah nasional masih jauh dari kata optimal. Berdasarkan data capaian kinerja 2019–2023, target ambisius dalam Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) sesuai Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 belum terpenuhi. Target pengurangan sampah sebesar 30 persen dan pengelolaan sebesar 70 persen pada 2025 masih jauh panggang dari api. Hingga 2023, pengurangan baru mencapai 15,36 persen dan pengelolaan sampah hanya 51,76 persen.

Upaya berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) telah dilakukan, tetapi belum mampu mengimbangi laju konsumsi plastik sekali pakai. Banyak jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang akibat desain produk dan keterbatasan infrastruktur. Minimnya fasilitas, teknologi, serta edukasi publik turut menjadi kendala dalam sistem pengelolaan sampah nasional.

Untuk menjawab tantangan ini, sejumlah inovasi terus dikembangkan, terutama dalam bidang material alternatif seperti plastik biodegradable, yang dapat diurai oleh mikroorganisme, dan bioplastik dari bahan alami seperti pati singkong atau rumput laut. Meski demikian, tidak semua bioplastik bersifat biodegradable, dan sebaliknya.

Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian serius terhadap isu ini. Dalam program prioritasnya yang tercantum dalam buku Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045, ia mendorong pemanfaatan bioplastik berbasis sumber daya lokal sebagai solusi jangka panjang, sekaligus menciptakan nilai tambah ekonomi.

Teknologi bioplastik global pun berkembang pesat. Ingeo™️ dari NatureWorks (Amerika Serikat) misalnya, menggunakan asam polilaktat (PLA) dari pati tanaman dan dapat terurai dalam fasilitas kompos industri. Sementara Nodax®️ dari Danimer Scientific tergolong polihidroksialkanoat (PHA) dan mampu terurai bahkan di laut, tanah, dan kompos rumah tangga.

Di dalam negeri, inovasi lokal seperti Oxium®️ juga muncul sebagai alternatif. Dengan menambahkan 3–5% aditif ini ke dalam plastik konvensional, sampah dapat terurai dalam waktu 2–5 tahun, jauh lebih cepat dibandingkan plastik biasa. Riset menunjukkan Oxium®️ tidak menghasilkan mikroplastik berbahaya.

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Minggu, 23 Maret 2025

Photo :

  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Namun, teknologi semata tidak cukup. Dibutuhkan sinergi kebijakan, insentif bagi pelaku industri, dan kesadaran publik yang lebih tinggi. Menyadari hal ini, Presiden Prabowo menginstruksikan pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pengelolaan Sampah. Satgas ini akan melibatkan kementerian strategis seperti Kementerian PUPR untuk pembangunan infrastruktur, Kementerian Keuangan untuk dukungan anggaran, serta Kementerian Dalam Negeri untuk koordinasi lintas daerah.

“Pak Presiden memerintahkan saya untuk menyusun satuan tugas percepatan, terkait dengan infrastruktur dan berbagai elemen pengolahan dan penanganan sampah secara nasional,” ujar Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, pada Selasa (3/6/2025).

Sampah plastik bukan sekadar isu lingkungan, melainkan masalah sistemik yang membutuhkan solusi lintas sektor. Tidak bisa lagi mengandalkan satu pendekatan atau menunda tindakan.

Halaman Selanjutnya

Di dalam negeri, inovasi lokal seperti Oxium®️ juga muncul sebagai alternatif. Dengan menambahkan 3–5% aditif ini ke dalam plastik konvensional, sampah dapat terurai dalam waktu 2–5 tahun, jauh lebih cepat dibandingkan plastik biasa. Riset menunjukkan Oxium®️ tidak menghasilkan mikroplastik berbahaya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |