PMI Manufaktur Indonesia Melesat ke Level Tertinggi 11 Bulan, Kemenkeu Optimis Dorong Pertumbuhan Ekonomi

3 hours ago 1

Selasa, 4 Maret 2025 - 13:27 WIB

Jakarta, VIVA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) buka suara terkait Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang mencapai level tertinggi dalam 11 bulan terakhir. PMI Manufaktur RI tercatat naik ke level 53,6 dibandingkan Januari 2025 yang sebesar 51,9.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan secara global, PMI Manufaktur Indonesia menjadi yang tertinggi setelah India. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan pesanan baru, serta peningkatan produksi dan aktivitas pembelian yang lebih baik. 

“Meskipun perekonomian global dan situasi geopolitik saat ini membawa tantangan besar dan sulit diprediksi, capaian ini memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah tetap antisipatif terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat kebijakan untuk mendukung sektor manufaktur serta mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Febrio dalam keterangannya, Selasa, 4 Maret 2025.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu

Photo :

  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Selain manufaktur, indikator konsumsi domestik juga masih menunjukkan ketahanan di tengah berbagai tantangan global. Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) tercatat di level 127,2 pada Januari.

"(IKK) diharapkan masih akan ekspansif di tengah tantangan yang ada," jelasnya.

Sementara itu, Indeks Penjualan Ritel (IPR) tetap tumbuh 0,4 persen pada periode yang sama, mencerminkan aktivitas daya beli masyarakat yang masih terjaga. Perkembangan ini memberikan harapan bahwa konsumsi domestik masih dapat menjadi pilar dalam mendukung stabilitas harga dan menjaga kepercayaan konsumen untuk pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. 

Sejalan dengan tren global, sebagian besar negara juga mengalami perbaikan PMI meskipun masih dalam zona kontraksi. Sementara, negara mitra dagang utama Indonesia mencatatkan ekspansi, seperti di Amerika Serikat 51,6, China 50,8, dan India 57,1, yang mana menunjukkan permintaan global yang tetap solid. Namun, ketidakpastian ekonomi global serta dinamika geopolitik tetap menjadi faktor yang perlu di waspadai. 

Sementara itu, pada Februari 2025 terjadi deflasi 0,09 persen year on year (yoy), sebagian besar dipengaruhi oleh program diskon tarif listrik 50 persen pada Januari dan Febuari 2025. 

“Diskon tarif listrik yang diberikan akan menyebabkan angka inflasi yang rendah dalam beberapa bulan ke depan. Program ini merupakan bagian dari serangkaian paket kebijakan stimulus ekonomi yang diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat,” jelasnya.

Kebijakan program diskon tarif listrik berdampak pada tren deflasi komponen Administered Price. Pada Februari, komponen ini mengalami deflasi 9,02 persen yoy. Di sisi lain, inflasi masih tercatat pada tarif air minum PAM dan rokok. 

Untuk komponen inflasi inti, tren penguatan masih berlanjut mencapai 2,48 persen yoy, yang didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan rekreasi. Perkembangan inflasi inti diekspektasikan menjadi sinyal daya beli yang terjaga.

Sementara, pada komponen inflasi pangan bergejolak mulai melandai yang dipengaruhi oleh harga pangan yang terus terkendali, mencapai 0,56 persen yoy. Inflasi pangan diperkirakan terus stabil seiring mulai masuknya panen raya padi dan peningkatan produksi hortikultura. 

"Pemerintah terus berkomitmen mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk menjamin keterjangkauan harga pangan di masa Ramadan, seperti operasi pasar, gerakan pasar murah, serta fasilitasi dan pengawasan distribusi," jelasnya.

Selain itu, seiring dengan masuknya masa panen raya padi, Pemerintah juga akan terus menjaga level harga gabah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 

Halaman Selanjutnya

“Diskon tarif listrik yang diberikan akan menyebabkan angka inflasi yang rendah dalam beberapa bulan ke depan. Program ini merupakan bagian dari serangkaian paket kebijakan stimulus ekonomi yang diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |