Washington, VIVA – Israel dan Iran memasuki hari kelima saling serang, sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyerukan evakuasi massal warga Iran dari Teheran.
Seruan itu disampaikan di tengah meningkatnya eskalasi konflik dan kebuntuan dalam upaya negosiasi nuklir.
Trump, dalam unggahan di Truth Social miliknya, mengecam penolakan Iran terhadap kesepakatan nuklir yang ia tawarkan, dan menyampaikan seruan evakuasi secara eksplisit.
Ilustrasi perang Iran vs Israel
“Iran seharusnya menandatangani ‘kesepakatan’ yang saya minta (untuk) mereka tandatangani. Sungguh memalukan, dan membuang-buang nyawa manusia. Sederhananya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah mengatakannya berulang kali! Semua orang harus segera mengevakuasi (diri dari) Teheran!," tulis Trump.
Gedung Putih sebelumnya mengumumkan bahwa Trump akan meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada lebih awal pada Senin malam, 16 Juni 2025, karena perkembangan krisis di Timur Tengah. Fox News melaporkan bahwa Trump akan segera menggelar pertemuan Dewan Keamanan Nasional.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut langkah Trump meninggalkan G7 dengan menyebutnya sebagai upaya positif untuk mendorong tercapainya gencatan senjata.
“Ada tawaran yang telah diajukan, khususnya untuk melakukan gencatan senjata dan memulai diskusi yang lebih luas. Dan saya pikir ini adalah hal yang sangat baik,” ujar Macron kepada wartawan.
“Jadi sekarang kita perlu melihat apa yang akan dilakukan para pemangku kepentingan.”
Di Iran, media lokal melaporkan suara ledakan dan tembakan sistem pertahanan udara di Teheran pada Selasa pagi. Pertahanan juga diaktifkan di Natanz, lokasi instalasi nuklir utama Iran yang berjarak sekitar 320 km dari ibu kota, menurut laporan situs Asriran.
Sementara itu, di Israel, sirene serangan udara meraung di Tel Aviv tengah malam. Ledakan juga terdengar ketika rudal-rudal Iran kembali menghantam sejumlah wilayah di negara itu.
Pejabat Iran melaporkan 224 korban tewas, sebagian besar warga sipil akibat serangan Israel dalam lima hari terakhir.
Di sisi lain, Israel menyebut 24 warganya tewas, dan hampir 3.000 orang telah dievakuasi karena kerusakan luas akibat serangan rudal Iran, menurut Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Di tengah meningkatnya ketegangan, sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters bahwa Iran telah meminta bantuan diplomatik dari Oman, Qatar, dan Arab Saudi untuk menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menyetujui gencatan senjata. Sebagai imbalannya, Iran disebut siap menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi nuklir.
"Jika Presiden Trump bersungguh-sungguh tentang diplomasi dan tertarik untuk menghentikan perang ini, langkah selanjutnya akan menjadi konsekuensinya," kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi melalui X.
"Israel harus menghentikan agresinya, dan jika tidak ada penghentian total agresi militer terhadap kami, tanggapan kami akan terus berlanjut."
Menanggapi hal itu, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tetap berkomitmen menghapus ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.
“Jika ini dapat dicapai dengan cara lain, baguslah. Namun, kami memberinya kesempatan 60 hari,” kata Netanyahu kepada wartawan.
Trump sendiri telah mengatakan pada hari pertama serangan, 13 Juni 2025, bahwa ia memberi Iran waktu 60 hari untuk menyepakati penghentian pengayaan uranium. Hingga saat ini, Iran bersikeras bahwa program nuklir mereka hanya bertujuan damai.
Ketegangan ini berdampak langsung pada pasar global. Harga minyak mentah naik lebih dari dua persen pada awal sesi perdagangan Asia, menyusul seruan evakuasi dari Trump, membalikkan penurunan sebelumnya ketika laporan sempat menyebut Iran mempertimbangkan penghentian permusuhan.
Halaman Selanjutnya
“Ada tawaran yang telah diajukan, khususnya untuk melakukan gencatan senjata dan memulai diskusi yang lebih luas. Dan saya pikir ini adalah hal yang sangat baik,” ujar Macron kepada wartawan.