Jakarta, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menerapkan kenaikan tarif impor tinggi terhadap barang-barang dari Kanada, Meksiko, dan China. Untuk Kanada dan Meksiko tarif sebesar 25 persen, dan 10 persen untuk China.
Merespons hal ini, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie mengatakan dengan kebijakan tarif tinggi tersebut dampaknya ke Indonesia masih perlu dicermati.
"Mengenai Trump tentunya kita mesti lihat bagaimana kebijakannya terhadap Indonesia, terhadap BRICS. Tapi di dalam analisa dalam 2016-2020 kebijakannya itu variasi terhadap PDB itu kira-kira 0,2 persen hari ini, tapi kita nggak tau bagaimana ke depannya," ujar Anindya di Mayapada Tower 2 Selasa, 4 Februari 2025.
Namun Anindya mengatakan, kebijakan tersebut bisa menjadi peluang bagi Indonesia. RI dalam hal ini bisa memperbesar pasar dengan Amerika Serikat (AS).
Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie di acara Mayapada Group Executive Gathering
"Amerika itu kan butuh mineral kritis dari kita, jadi mungkin itu pintu masuknya. Mungkin tidak punya free trade agreement ataupun limited free trade agreement, tapi hal ini bisa menjadi suatu kemungkinan karena ternyata Presiden Trump suka menghargai bilateral trade," jelasnya.
Sedangkan dengan pengenaan tarif impor 10 persen ke produk China, Anindya mengatakan bahwa dunia usaha memiliki beberapa cara menghadapi hal tersebut. Pertama, Indonesia harus membuka pasar baru di luar Amerika.
"Pertama, bagaimana membuka pasar baru di luar daripada Amerika. Tapi Amerika sama sekali tidak bisa dilupakan. Pasar barunya seperti BRICS tentunya," jelasnya.
Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie di acara Mayapada Group Executive Gathering
Kedua, diperkuatnya ASEAN. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi ASEAN sebesar 4,7 persen, atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia. Ketiga, membuka akses ke Timur Tengah.
"Karena Timur Tengah itu mempunyai sumber dana yang luar biasa. Tapi Amerika tidak bisa ditinggalkan karena Amerika pasarnya besar sekali dan berkembang. Jadi di sini dibutuhkan suatu diplomat-diplomat yang ulung dan juga para pengusaha yang kreatif untuk bisa menjalin kerja sama dengan Amerika yang mulai dari basis yang sangat rendah," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya
"Pertama, bagaimana membuka pasar baru di luar daripada Amerika. Tapi Amerika sama sekali tidak bisa dilupakan. Pasar barunya seperti BRICS tentunya," jelasnya.