5 Cara Sukses Tangani Masalah Penempatan Jemaah di Arafah

5 hours ago 2

Mina, VIVA – Penempatan jemaah haji Indonesia di tenda-tenda Arafah sempat mengalami kendala serius menjelang puncak wukuf 9 Zulhijah 1446 H bertepatan dengan 5 Juni 2025.

Kepadatan tenda, mobilitas jemaah yang tinggi, dan keterbatasan petugas membuat sebagian jemaah tidak langsung mendapat tempat istirahat.

Kepala Bidang MCH Khoiron mendampingi Kepala PPIH Arab Saudi 2025 Muchlis Hanafi

Photo :

  • Syahdan Nurdin/MCH 2025

Namun, berkat langkah cepat Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis M Hanafi, masalah itu berhasil diatasi. Berikut lima langkah strategis yang dilakukan:

1. Penyisiran dan Validasi Ulang Tenda

Petugas melakukan pengecekan menyeluruh terhadap seluruh tenda Arafah. Hasilnya, ditemukan tenda yang sebenarnya masih memiliki kapasitas, namun belum termanfaatkan maksimal.

“Pemetaan ulang menunjukkan bahwa beberapa tenda masih menyimpan kapasitas tambahan,” ujar Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, Sabtu (7/6/2025) 

2. Alihfungsi Tenda Petugas

Untuk segera menampung jemaah terdampak, tiga tenda yang semula disiapkan untuk petugas di wilayah Markaz 105 (Syarikah Rifadah) dialihkan fungsinya.

“Tiga tenda petugas di wilayah Markaz 105 (Syarikah Rifadah) dialihfungsikan dan dipakai untuk menampung jemaah yang belum kebagian tempat,” jelas Muchlis.

3. Lobi Tambahan Tenda ke Pihak Syarikah

PPIH bergerak cepat bernegosiasi dengan penyedia layanan lokal. Hasilnya, sejumlah syarikah bersedia menyediakan tenda tambahan untuk jemaah.

“PPIH bernegosiasi dengan beberapa syarikah agar menyediakan tenda tambahan guna menampung kelebihan jemaah,” sebutnya.

4. Pemanfaatan Tenda Utama Misi Haji

Sebagai opsi darurat, PPIH juga mengalokasikan tenda utama Misi Haji Indonesia untuk jemaah yang belum tertampung.

“Tenda utama Misi Haji Indonesia pada akhirnya juga digunakan untuk menampung jemaah terdampak overkapasitas,” ujar Muchlis.

5. Koordinasi Tingkat Tinggi dengan Kementerian Haji Saudi

Langkah terakhir dan sangat krusial adalah koordinasi langsung antara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief dengan Kementerian Haji Arab Saudi. Ini menghasilkan penempatan sekitar 2.000 jemaah ke tenda cadangan resmi.

“Melalui upaya-upaya tersebut, kepadatan mulai terurai dan saat puncak wukuf, seluruh jemaah sudah berada di tenda untuk melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk,” tegas Muchlis.

Apa Penyebabnya?

Muchlis menjelaskan, setidaknya ada empat faktor utama yang menyebabkan kekacauan dalam penempatan jemaah di Arafah:

1.Tenda Tak Termanfaatkan Maksimal
Beberapa tenda sebenarnya masih menyisakan kapasitas, tetapi tak bisa diisi oleh jemaah lain karena alasan teknis dan kultural, seperti batasan antar kelompok berbeda meski berasal dari markaz yang sama.

2.Skema Keberangkatan Berdasarkan Hotel
Penempatan jemaah ke Arafah dilakukan berdasarkan hotel, bukan markaz atau syarikah. Padahal, ada jemaah yang pindah hotel lintas markaz, sehingga beberapa tenda sudah penuh sebelum jemaah yang dijadwalkan tiba.

3.Jumlah Petugas Terbatas
Rasio petugas dan jemaah sangat tidak sebanding. Dengan lebih dari 203 ribu jemaah di Arafah, banyak petugas kewalahan bahkan kelelahan, sehingga pengaturan tenda tidak berjalan optimal.

4.Mobilitas Jemaah yang Tinggi
Banyak jemaah berpindah tenda sepihak untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok lain. Ini memperparah distribusi beban tenda dan menyulitkan distribusi logistik seperti konsumsi.

PPIH menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan layanan agar seluruh jemaah bisa menjalani ibadah haji dengan aman, nyaman, dan tertib.

“PPIH Arab Saudi terus berupaya semaksimal mungkin agar seluruh jemaah Indonesia dapat menjalani puncak ibadah haji dengan aman, nyaman, dan terlayani,” tandas Muchlis.

Halaman Selanjutnya

2. Alihfungsi Tenda Petugas

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |