Jakarta, VIVA – Pemilihan paus adalah proses yang sangat rahasia dan penuh dinamika. Para kardinal yang berkumpul dalam konklaf bisa mengubah pilihan mereka dari satu tahap ke tahap lainnya. Maka dari itu, sangat sulit menebak siapa yang benar-benar akan terpilih sebagai pemimpin baru Gereja Katolik Roma setelah wafatnya Paus Fransiskus.
Namun, sejumlah nama mulai sering disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk menggantikan Paus Fransiskus. Melansir dari The Guardian, berikut adalah beberapa tokoh penting yang disebut berpotensi menjadi paus berikutnya.
Foto mendiang Paus Fransiskus dipajang di Katedral Buenos Aires, Argentina
Photo :
- AP Photo/Natacha Pisarenko
1. Pietro Parolin – Italia (70 tahun)
Parolin saat ini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan, semacam menteri luar negerinya Gereja. Ia dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Paus Fransiskus dan cukup moderat. Ia punya pengalaman luas dalam diplomasi internasional, termasuk menjalin kesepakatan penting dengan Tiongkok terkait pengangkatan uskup. Meskipun ia dikritik karena dianggap terlalu pragmatis, banyak juga yang memujinya karena pendekatannya yang damai dan solutif.
2. Luis Antonio Tagle – Filipina (67 tahun)
Tagle bisa menjadi paus pertama dari Asia, wilayah yang pertumbuhan umat Katoliknya sangat cepat. Ia sebelumnya menjabat sebagai Uskup Agung Manila dan sering disebut sebagai tokoh favorit Paus Fransiskus. Pandangannya cukup terbuka terhadap isu sosial, termasuk menyuarakan bahwa Gereja perlu lebih lembut terhadap pasangan LGBT dan yang bercerai, meskipun ia tetap menolak legalisasi aborsi.
3. Peter Turkson – Ghana (76 tahun)
Turkson bisa mencetak sejarah sebagai paus kulit hitam pertama dalam beberapa abad terakhir. Ia aktif menyuarakan isu-isu global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi. Meski cenderung tradisional dalam ajaran Gereja, ia mulai bersikap lebih terbuka terhadap isu LGBT, khususnya soal perlindungan hak asasi manusia di Afrika.
4. Péter Erdő – Hungaria (72 tahun)
Erdő dikenal sebagai figur konservatif yang sangat menjunjung tinggi doktrin Katolik klasik. Ia disebut-sebut akan membawa Vatikan kembali ke pendekatan yang lebih ketat dan tradisional. Ia juga pernah menentang ajakan Paus Fransiskus untuk menerima pengungsi, yang membuatnya dianggap dekat dengan pandangan politik nasionalis.
5. Matteo Zuppi – Italia (69 tahun)
Zuppi adalah kardinal yang dianggap mewakili visi progresif Gereja. Ia fokus pada isu kemiskinan, perdamaian, dan perlindungan terhadap kelompok rentan. Ia juga ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai utusan perdamaian untuk Ukraina dan telah melakukan misi diplomatik ke Moskow dan Kyiv.
6. José Tolentino Mendonça – Portugal (59 tahun)
Mendonça adalah salah satu kandidat termuda. Ia dikenal sebagai sosok yang ingin menjembatani Gereja dengan budaya modern. Ia terbuka pada pandangan feminis dan pernah bekerja sama dengan tokoh yang mendukung peran perempuan di dalam Gereja. Meski kontroversial, banyak yang menilai ia punya potensi membawa semangat perubahan.
7. Mario Grech – Malta (68 tahun)
Grech awalnya dikenal sebagai tokoh konservatif, tapi berubah haluan menjadi lebih progresif setelah Paus Fransiskus terpilih. Ia mendukung gagasan tentang diakon perempuan dan pernah mengkritik negara-negara Eropa yang membatasi bantuan kemanusiaan bagi pengungsi.
8. Pierbattista Pizzaballa – Italia (60 tahun)
Sebagai Patriarkat Latin Yerusalem, Pizzaballa punya peran penting dalam menjaga keberadaan umat Kristiani di wilayah konflik. Ia dikenal karena aksinya yang berani, seperti menawarkan diri menjadi sandera dalam konflik Israel-Gaza demi menyelamatkan anak-anak.
9. Robert Sarah – Guinea (79 tahun)
Robert Sarah adalah tokoh konservatif yang kerap bersuara keras soal ideologi gender dan perlindungan nilai-nilai tradisional. Ia sempat menjadi lawan ideologis Paus Fransiskus dan dinilai mewakili kelompok yang ingin mengembalikan Vatikan ke arah konservatif.
Pemilihan paus baru bisa menjadi penentu arah Gereja Katolik ke depan, apakah akan melanjutkan pendekatan reformis Paus Fransiskus atau kembali ke ajaran yang lebih ketat. Siapa pun yang terpilih, konklaf akan jadi ajang yang penuh dinamika, dan dunia akan menyaksikan dengan penuh harapan siapa pemimpin Gereja Katolik selanjutnya.
Halaman Selanjutnya
4. Péter Erdő – Hungaria (72 tahun)