Jakarta, VIVA - China memasukkan PVH Corp, induk Calvin Klein dan Tommy Hilfiger ke dalam daftar hitam entitas tidak diandalkan pada Selasa, 4 Februari 2025. Langkah ini merupakan buntut pemungutan tarif bea masuk yang dilakukan Donald Trump atas barang-barang dari China, Kanada dan Meksiko.
Calvin Klein dan Tommy Hilfiger telah menjalankan bisnis penjualan ritel bidang fashion selama lebih dari 20 tahun. Dari 128 toko, China menyumbang 6 persen dari penjualan serta memberikan andil 16 persen dari laba PVH Corp pada tahun 2023.
Direktur Pelaksana GlobalData dan Analis Ritel Neil Saunders mengatakan, risiko besar PVH Corp bukan karena pendapatan yang akan merosot. Masalah besar yang mengintai adalah gangguan rantai pasokan karena perusahaan bergantung terhadap manufaktur China yang menyumbang sekitar 18 persen dari produksi global.
"Hal ini berpotensi sangat-sangat mengganggu bagi PVH. Rantai pasokan terganggu sehingga terjadi kekurangan persediaan saat melakukan transisi," jelas Saunders yang dikutip dari CNBC Internasional pada Jumat, 7 Februari 2025.
Ilustrasi populasi warga China.
Meskipun bekerja sama dengan pemasok dan pabrik di lebih dari 30 negara lain, beberapa barang premium buatan China akan sulit diproduksi di tempat lain. Hal itu karena tingkat keterampilan sumber daya manusia yang lebih tinggi.
“Meskipun mengalihkan kapasitas produksi dengan cukup mudah, tidak mudah untuk menjamin kualitas dan menjamin proses produksi. Hal-hal tersebut memerlukan waktu untuk ditingkatkan," imbuh Saunders.
Ditambah lagi, PVH Corp telah memandang China sebagai pasar yang sangat potensial. Sehingga harus mencari strategi baru untuk meningkatkan penjualan dan profitabilitas imbas menurunnya permintaan.
Menurut Sounders, China kemungkinan besar akan menggunakan PVH sebagai alat tawar-menawar di meja perundingan dengan Trump. Memasukkan PVH Corp ke dalam daftar hitam juga digunakan untuk menunjukkan kekuatan China bahwa kebijakan Beijing bisa menimbulkan kerugian bisnis AS lain terutama perusahaan yang memiliki basisi utama di China, seperti Nike, Apple, General Motors, Starbucks dan lainnya.
"PVH terjebak dalam pertikaian antara China dan AS. PVH jadi bukti China untuk mengatakan pemberlakukan tarif dan pembatasan lain diberlakukan kepada Tiongkok akan mempersulit jalan perusahaan AS di negara negeri Tirai bambu itu," tutup Saunders.
Halaman Selanjutnya
Ditambah lagi, PVH Corp telah memandang China sebagai pasar yang sangat potensial. Sehingga harus mencari strategi baru untuk meningkatkan penjualan dan profitabilitas imbas menurunnya permintaan.